Mengantisipasi Kegagalan UN

Jumat, 28 Januari 2011

7 PRINSIP PENDIDIKAN TANPA KEKERASAN

Dewasa ini banyak pendidik atau guru dan para orang tua yang kebingungan menghadapi perubahan zaman yang sangat cepat di mana era kebebasan, keterbukaan dan kemajuan sains teknologi telah mempengaruhi anak didik dan remaja pada umumnya begitu rupa sehingga mereka menjadi lebih bebas, terbuka dan berpikir maju dalam membela hak-haknya.
Ketika Indonesia memasuki era reformasi politik, yang kemudian mengalami pelebaran hingga reformasi di bidang hukum, hal-hal yang dulunya tidak begitu dimengerti oleh masyarakat umum akhirnya difahami dengan baik, terutama dengan adanya kebebasan media dalam memberitakannya. Hal itu adalah pemahaman tentang hak-hak asasi manusia secara luas. Apalagi ditunjang dengan ketersediaan sarana undang-undang yang diperkuat oleh publikasi media yang tanpa tekanan.
Undang-undang Perlindungan Anak dan Undang-undang Kekerasan Dalam Rumah Tangga adalah contoh ketentuan yang sangat memperhatikan hak-hak asasi anak dalam perannya di antara orang dewasa. Kelemahan dari segi fisik dan kelabilan mental yang belum dewasa pada anak dan remaja, dilindungi oleh kedua undang-undang ini dari kekuasaan orang dewasa yang sewenang-wenang. Pelanggaran terhadap kedua perundangan ini dikatagorikan pidana dan bisa menyeret pelakunya ke dalam penjara.

Sejarah kekerasan di dunia pendidikan

Pendidikan dan pengajaran memang tidak identik dengan kekerasan, baik di masa yang lalu apalagi sekarang ini. Tapi kekerasan sering kali dihubung-hubungkan dengan kedisiplinan dan penerapannya dalam dunia pendidikan. Istilah “tegas” dalam membina sikap disiplin pada anak didik, sudah lazim digantikan dengan kata “keras”. Hal ini kemudian ditunjang dengan penggunaan kekerasan dalam membina sikap disiplin di dunia militer, khususnya pendidikan kemiliteran.
Ketika kemudian cara-cara pendidikan kemilitera itu diadopsi oleh dunia pendidikan sipil, maka cara “keras” ini – istilah sekarang adalah kekerasan – juga ikut diambil alih. Teriakan, tendangan, tamparan menjadi cara-cara biasa dalam membina kedisiplinan anak didik, khususnya di bidang pelajaran yang melatih fisik seperti olah raga.
Namun saya tidak bermaksud mengatakan bahwa semua guru olah raga suka main pukul. Tapi sejarahnya sering kali mengidentikan guru olah raga dengan guru yang suka menghukum –push up atau lari keliling lapangan – dan suka memukul atau menendang terutama anak yang bandel.
Dari sinilah kemudian cara kekerasan dicontoh oleh guru-guru di bidang lain – biasanya materi pelajaran yang “berat” bagi siswa secara umum, misalnya matematika dan ilmu pengetahuan alam. Kekerasan pendidik di bidang ini bisa berbentuk bentakan, merobek buku pe-er bagi yang lupa melakukan pekerjaan rumahnya, atau menyuruh anak didik berdiri di tengah lapangan pada hari panas terik.
Bagaimanakah seharusnya para guru, pendidik dan pengajar, bersikap enghadapi kebandelan siswa tanpa harus menggunakan kekerasan?
Anak didik tidak jauh berbeda dengan manusia biasa. Mereka akan membentuk pertahanan diri apabila diserang. Pertahanan itu berupa balas membentak apabila dimarahi, melawan dengan fisik kalau disakiti, atau lari bila dia merasa tidak mempunyai kemampuan membalas.
Seni menghadapi anak didik sama seperti seni menghadapi anak-anak da remaja pada umumnya. Mereka sebenarnya adalah makhluk yang lemah yang mudah diajak berunding. Mereka mudah percaya dengan orang lain, apalagi orang yang dianggapnya lebih dewasa dan pandai. Membuka hati anak untuk menerima pendapat orang dewasa, sebetulnya adalah seni menumbuhkan kepercayaan.
Ada 7 hal yang harus difahami dan kemudian diterapkan oleh pendidik untuk memperoleh kepercayaan anak didik agar mencapai maksud dari pendidikan itu, tanpa harus menggunakan kekerasan.

1. Tindakan alternatif
Cara pendidikan tanpa kekerasan digambarkan sebagai sebuah cara ketiga atau alternatif ketiga, setelah tindakan menyalahkan dan aksi kekerasan karena hal itu. Seorang pendidik yang melihat kesalahan seorang siswa, mempunyai tiga pilihan setelah itu, apakah dia akan menyalahkannya, menggunakan kekerasan untuk memaksa siswa memperbaiki kesalahan itu atau menggunakan cara ketiga yang tanpa kekerasan.
Menahan diri untuk tidak menyalahkan tentu bukan perkara mudah bagi orang dewasa apabila melihat sebuah kesalahan dilakukan oleh anak di depan matanya. Tapi perlu diingat bahwa sebuah tudingan bagaimanapun akan berbuah balasan dari anak, karena secara insting dia akan mempertahankan dirinya. Reaksi atas sikap anak yang membela diri inilah yang ditakutkan akan berbuah kekerasan dari pendidik terhadap anak didik.

2. Keakraban penuh keterbukaan
Dasar pemikirannya adalah persaudaraan kemanusiaan. Bahwa antara pendidik dan anak didik ada sebuah benang merah persaudaraan kemanusiaan yang tidak akan terputus sampai kapan pun, di mana telah terjadi hubungan memberi dan menerima ilmu pengetahuan.
Keakraban maksudnya berbagi dengan orang lain dengan tidak membeda-bedakan anak-anak didik, dan terbuka adalah tidak menutup-nutupi hal apa pun atau mencoba mengambil keuntungan dari hal-hal yang tidak diketahui siswa. Sebuah keakraban yang penuh keterbukaan hanya bisa terjalin apabila adalah rasa persaudaraan kemanusiaan antara pihak pendidik dan siswa.
Di dalam keakraban ada kasih sayang, keramahan, sopan-santun, saling menghargai dan menghormati. Sedang keterbukaan mengandung unsur kejujuran, kerelaan dan menerima apa adanya.
Keakraban yang terbuka ini ibarat pintu bagi masuknya sebuah kepercayaan. Ketika anak didik sudah merasakan keakraban yang terbuka dari gurunya, maka dia dengan senang akan mendengarkan apa pun yang disampaikan oleh sang guru.

MENGIKIS SIKAP OTORITER

Salah satu yg berbahaya diantara penyakit hati yg kita miliki adl sifat egois sifat tak mau kalah sifat ingin menang sendiri sifat ingin selalu merasa benar atau sifat ingin selalu merasa bahwa memang diri tak berpeluang untuk berbuat salah. Sifat seperti ini biasa banyak menghinggapi orang-orang yang diamanahi kedudukan—seperti para pimpinan dalam skala apapun. Sifat-sifat tadi ujung-ujung akan bermuara pada sikap otoriter bahkan lebih jauh lagi menjadi seorang diktator {suatu sebutan yg diantara dinisbahkan pada pemimpin pemerintahan NAZI Jerman Adolf Hitler atau pada pemerintahan fasis Italia zaman Benito Musolini dan juga para pemimpin diktator dunia lainnya}.

Pastilah pula kita tak akan pernah nyaman mendengar kata-kata seperti itu dan kita juga tak akan pernah suka melihat orang yg otoriter yg segala seperti harus dalam genggamannya. Dan hasil kita tahu sendiri bahwa orang-orang yg memiliki cap otoriter orang yg selalu ingin segala dalam kekuasaan semua tunduk dan patuh kepada ujung adl kejatuhan dan kehinaan. Dari segi nama saja sudah menimbulkan kesan tak enak utk didengar kuping. Simaklah kata “otoriter” “egois” atau “menang sendiri” seperti kita menangkap kesan yg kurang sreg dgn kata-kata ini. Apalagi jika melihat langsung orang yg memiliki sifat seperti itu akan lbh tak suka lagi. Tapi sayang seperti kita jarang menyisihkan waktu utk berta secara jujur pada diri sendiri apakah sifat-sifat itu ada pada diri kita atau tidak? Apakah kita ini orang otoriter atau bukan? Maaf-maaf saja kepada para orang tua guru manager pimpinan direktur komandan bos pokok orang-orang yg diamanahi kekuasaan oleh Allah biasa memiliki kecenderungan sifat seperti ini.

Orang-orang yg otoriter biasa memiliki versi tersendiri dalam menilai suatu kejadian versi yg sesuka dia tentunya. Hal ini krn dia selalu memandang lbh diri sehingga selalu melihat sesuatu itu kurang dan jelek saja. Akibat sebaik apapun yg dilakukan orang lain selalu saja dari mulut meluncur omelan gerutuan dan koreksian. Tepatlah bagi pepatah ‘nila setitik rusak susu sebelanga’. Arti krn kesalahan sedikit jeleklah seluruh kelakuannya. Bagi orang otoriter biasa tak ada pilihan lain selain 100% harus sesuai keinginannya.

Hasil kajian sebuah penelitian menyebutkan bahwa para korban NAPZA {Narkotika Pshikotropika dan Zat Aditif lainya} diantara adl mereka yg tumbuh besar dari kalangan orang tua otoriter keras mau menang sendiri tak mau berkomunikasi dan tak ada dialog antar anggota keluarga sehingga si anak menjadi seorang yg bersikap apatis acuh bahkan akhir si anak melarikan rasa ketertekanan ini ke NAPZA naudzhubillah.

Ada pula anak yg selalu bentrok dgn ibu krn si ibu begitu menuntut agar dia nurut 100% tanpa reserve. Kondisi ini dibarengi pula dgn penilaian kepada anak yg selalu negatif akibat yg diungkapkan si ibu selalu sisi-sisi yg salah dari diri si anak. Munculah ungkapan “Sedikit-sedikit salah-sedikit-sedikit salah!” bahkan saking kesal si anak ini berkata “Kalau saya ini salah terus lalu kapan benar saya sebagai manusia ini? Kenapa semua yg saya lakukan selalu disalahkan?!”. Padahal kalau si anak belum mengerti seharus orang tua yg lbh dulu mengerti kalau si anak belum bisa paham seharus orang tua yg duluan paham. Tapi krn orang tua tak mengerti dan kurang ilmu akhir tanpa disadari si ibu telah menggiring dan menjerumuskan anak ke dunia NAPZA.

Ternyata beginilah gaya mendidik yg otoriter yg kaku dan kurang komunikatif akan menghasilkan anak-anak dalam kondisi tertekan tak aman hingga ujung ia lari dari kenyataan yg dihadapinya. Begitupun di kantor-kantor atau perusahaan-perusahaan yg memiliki pimpinan bertife otoriter pastilah dia akan membuat karyawan tertekan. Hal ini dapat diamati saat pimpinan datang ke ruang kerja karyawan semua karyawan menjadi tegang gugup dan panik. Ini terjadi krn kalau pimpinan datang maka yg dilihat hanya kesalahan-kesalahan karyawan saja. Mengapa begini? Mengapa begitu? Ini salah! Itu Salah! Jarang memuji jarang menghargai jarang menyapa dengan baik bahkan wajah menyeramkan dan angker krn sangat jarang senyum. Pada akhir karyawan disiplin menjadi disiplin takut atau disiplin semu padahal sebenar karyawan merasa tertekan sakit hati dan bahkan benci ke si pimpinan yg otoriter ini.

Diantara ciri perusahaan dgn kondisi seperti ini adl ditandai dengan perputaran keluar-masuk karyawan yg sangat tinggi. Semua karyawan dari yang level tertinggi sampai yg level terendah mau keluar saja. Kalaupun ada yang bertahan bukan krn senang bekerja di sana kebanyakan yg bertahan memang krn butuh saja. Butuh uang bukan butuh suasananya.

Oleh sebab itu hati-hatilah bagi para pemimpin yg otoriter dan bersiap-siaplah menjadi orang yg tak disukai krn saking banyak orang yg merasa teraniaya. Orang otoriter itu marah saja biasa dilakukan di sembarang tempat asal dia ketemu dgn yg dimarahi marah akan meledak-ledak. Padahal kemarahan seperti itu justru akan mempermalukan si pemarah itu sendiri karena orang yg melihat akan mengeluarkan penilaian yg negatif kepada dia. Misal “Kok marah gitu-gitu amat padahal dia haji padahal dia pejabat”. Orang-orang yg marah biasa omongan juga jelek sekali kata-kata kasar dan menyeramkan. Jadi ketika si pemarah itu marah yg dimarahi bukan malah nurut atau bukan malah simpati yg terjadi justru orang itu akan mengeluarkan penilaian sendiri. Walaupun nampak seperti nunduk atau manggut-manggut tapi hati tak pernah bisa dibohongi tak pernah bisa dibeli dgn kemarahan. Yang ada justru orang itu akan menjadi sakit hati dongkol dan merendahkan orang yg marah walaupun mungkin pada saat itu ia tak berani mengekspresikannya.

Hati-hati nih bagi para pimpinan yg suka marah-marah terutama orang-orang yg tak biasa jadi bawahan kadang-kadang ia agak otoriter. Dalam keluarga militer memang kecenderungan sifat otoriter muncul di keluarga itu akan jauh lbh kuat krn memang jalur komando ala militer kadangkala diberlakukan oleh pimpinan di keluarga itu dgn konsep militer. Celaka di kantor dididik dalam gaya hidup ala militer sayang di rumah mendidik dgn gaya yg sama mendidik dgn gaya ala militer padahal kondisi kantor dan kondisi rumah berbeda. Pernah ada sebuah keluarga dgn empat anak ternyata tiga diantara mengalami depresi berat krn sang ayah terlalu kaku dalam memimpin rumah tangga yg pengelolaan disamakan seperti di kantornya. Jangan heran bila ada orang yg sukses di kantor belum tentu sukses di rumah tangga. Ada yg “sukses” di kantor itu krn ia begitu tegas sebagai seorang komandan tapi di rumah anak-anak itu beda krn memang mereka bukanlah militer mereka tak dilatih kemiliteran dan terlebih lagi mereka tak dikasih pangkat.

Perlu diwaspadai pula bahwa biasa pemimpin yg otoriter akan membuahkan pula bibit–bibit anak didik yg otoriter. Seperti guru yg otoriter akan menghasilkan anak-anak didik yg otoriter pula bahkan nakal. Guru yg otoriter di kelas diantara sifat-sifat adl mau menang sendiri kata-kata tajam dan suka mempermalukan. Kelakuan ini sebenar akan jadi bumerang bagi guru itu sendiri seperti tak disukai pelajaran tak disenangi perangai dan tentu saja ini suatu hal yg kontra produktif. Apalagi perilaku-perilaku seperti ini sangat bertentangan dgn sikap-sikap yang dituntunkan Rasulullah SAW yg ternyata memiliki pribadi yg sangat indah santun dan berakhlak mulia.

Bagi orang yg bagus perangai berwajah ceria serta mulia akhlak maka ia laksana mawar yg kuncup di musim semi dia akan beroleh banyak teman yg membawa kedamaian dan ketentraman semua pintu terbuka baginya. Sementara orang pemberang mudah marah egois dan otoriter harus menggedor pintu utk bisa sekedar berbincang dgn seorang kawan. Karena yg terbaik adl keramahan akhlak dan keceriaan. Rasulullah SAW sendiri adl seorang yg senantiasa berwajah cerah ceria penuh sungging senyuman insya Allah. **

sumber : file chm bundel Tausyiah Manajemen Qolbu Aa Gym

MENJADI GURU YANG DISENANGI MURID

Menjadi guru merupakan panggilan yang sangat mulia. Apalagi di zaman sekarang, guru bukan lagi sebuah profesi yang sederhana. Bahkan menjadi guru merupakan sebuah profesi yang luar biasa, profesi yang tidak lagi dipandang sebelah mata. Terutama dengan peta globalisasi yang memengaruhi ranah pendidikan di Indonesia, menuntut mereka untuk tidak hanya sekedar menyampaikan materi pelajaran, namun juga dituntut untuk cerdas menyikapi pola tingkah laku murid dengan latar belakang kehidupannya.

Saya sangat setuju guru perlu menambah kompetensinya, memperdalam ilmu demi kemajuan anak didiknya. Tetapi selain itu guru secara psikologis harus mampu menempatkan diri di tengah anak didik dengan karakternya masing-masing. Sekedar menengok kembali beberapa kasus yang terjadi, guru bahkan sampai melecehkan muridnya, bahkan berlaku tidak senonoh. Sampai pada tahap pemukulan terhadap anak didik. Tercorengnya dunia pendidikan karena ulah oknum guru tersebut dapat membawa dampak psikologis terhadap anak didik terhadap sosok guru.

Kalau kita melihat sejarah perkembangan pendidikan guru di zaman Belanda, pastilah ada pembedaan pola asuh, yang akan sedikit memengaruhi pembentukan karakter seorang guru tersebut. Ada semacam pandangan, bahwa guru yang dididik di zaman Belanda pastilah galak dan kolot. Mungkin ada benarnya, namun juga ada, salahnya. Benarnya terletak dimana? Galak dan kolot perlu dilihat dari kondisi saat itu yang mana, karakter guru yang galak tidak selalu jelek.

Begitupun dengan istilah kolot, sikap ini bagi guru di zamannya sangat diperlukan untuk membentuk pola pikir yang terarah dan menanamkan suatu prinsip yang kuat buat anak didik. Anggapan salah, bahwa tidak semua guru didikan zaman kolonial pasti galak dan kolot, ada juga yang terbentuk menyesuaikan dengan perkembangan zaman.
Bagaimana di zaman sekarang? Ada situasi dan kondisi yang memang harus fleksible. Beda antara anak didik zaman dulu dan sekarang, anak didik zaman sekarang ada kecenderungan kalau dimarahi gurunya pasti menunjukkan sikap yang tidak senang (marah, ngambek). Mungkin yang paling ekstrem ditunjukkan dengan tidak mau sekolah lagi. Yang paling berbahaya adalah kalau tidak menyukai gurunya, bisa dipastikan pelajarannya ikut tidak disukai. Dampak ini yang akan menurunkan produktifitas anak didik untuk mengikuti proses belajar mengajar di dalam kelas. Situasi seperti ini haruslah dihindari dan tidak terjadi di dalam dunia pendidikan.

Pola pendekatan personal

Pendekatan personal ini, setidaknya memberi ruang terbuka terjadinya relasi yang kuat. Mengapa? Sebuah pengalaman memberi inspirasi bahwa, pola ini secara konkret dapat dilakukan oleh guru di luar kelas. Bahkan di luar jam sekolah, misalnya di saat ekskul dan mungkin mendampingi anak didik rekreasi kelas.
Pengalaman ini pernah saya lakukan sewaktu mengajar di Papua. Dan di waktu tertentu, kami pergi bersama ke pantai dan hutan. Bukan hanya sekedar rekreasi tanpa makna, namun melalui rekreasi ini bisa menjadi sarana untuk melakukan proses pengenalan terhadap anak didik. Entah itu latar belakang kehidupannya, karakternya, harapan-harapannya, pola pikirnya dsb. Selain itu guru dapat menempatkan diri sebagai teman.

Teman dalam hal ini dipahami dalam konteks PACING. Artinya bertemu dengan orang lain di dunia mereka, mengidentifikasikan dan menyelaraskan dengan orang lain. Manfaat dari pacing salah satunya adalah mampu memahami kemauan, keinginan dan tujuan anak didik. Dalam konteks umum teman dapat dipahami tidak berjarak atau sejajar. Sehingga membuat anak didik tidak segan dan canggung mengutarakan isi hatinya. Sebagai teman dalam konteks PACING guru setidaknya memunyai kemampuan mendengarkan dan berbicara. Terutama bagi anak didik yang sedang bermasalah. Dalam situasi dan kondisi apapun guru menjadi pondasi pembentukan pribadi anak didik.

Oleh karenanya teladan guru dimata anak didik harus diwujudkan ditengah proses pendidikan yang sedang berlangsung. Baik itu di dalam kelas ataupun di luar kelas.
Dalam konteks disenangi, pemahaman ini memang luas penafsirannya. Bukan berarti, apabila guru ingin disenangi anak didiknya kemudian memberikan berbagai macam kemudahan. Tentunya yang bersifat tidak mendidik. Ada memang penafsiran anak didik yang menyenangi gurunya dikarenakan, guru tersebut tidak pernah marah. Suka bercanda, menghibur, menyenangkan, dsbnya. Itu hanya sebagian kecil saja dari proses pendidikan. Jangan salah sayapun pernah marah sewaktu di kelas. Saya marah karena ada satu anak yang ribut tidak mendengarkan atau bicara sendiri. Guru yang berharap disenangi murid tidak serta merta meninggalkan prinsip mendidiknya. Kalau memang harus marah, dalam hal ini dipahami sebagai sebuah ketegasan. Dan ada unsur mendidiknya. Tidak hanya marah karena luapan emosi yang tidak terkendali. Kemudian dimana letak unsur mendidiknya?

Biasanya selepas kelas selesai atau waktu istirahat, saya dekati anak itu. Sekedar mengajak ngobrol dan berbincang, saya mulai menyinggung kenapa tadi membuat ribut. Sudah menjadi kebiasaan, bahwa diluar kelas hubungan terbangun kembali sebagai teman. Wajah anak didikpun tidak menampakkan dendam atau kemarahan. Ini bisa terjadi dikarenakan sejak awal sudah terbina BUILDING RAPPORT (membangun keakraban). Pola ini dapat disebut sebagai bagian dari pendidikan yang membentuk karakter untuk saling menghargai dan menghormati walaupun mempunyai perbedaan pandangan. ”Disenangi” hanya Sebuah Sarana Disaat percakapan sedang berlangsung, disitulah fungsi PACING. Menyelaraskan, mendengarkan dan mencoba memahami penjelasan dari anak didik.

Dan kemudian guru bisa melakukan LEADING atau mengarahkan. Membawa anak didik untuk berpikir mengenai dampak suasana gaduh karena perbuatannya tadi. Sehingga anak didik juga merasa dihargai, diperhatikan dan diajak untuk mengolah setiap permasalahan yang terjadi. Dalam pendidikan kolese, LEADING dipahami mengarahkan anak didik supaya dapat memilih jalan hidup serta perbuatan sendiri, tanpa sebelumnya atau sesudahnya menutup rapat-rapat kemungkinan pemilihan lain (pidato rektor Kolese De Britto tahun 1976).

Misi dari sebuah pendidikan yang utama sebenarnya adalah membentuk manusia berkarakter yang sadar akan kebebasannya sebagai asasi yang paling tinggi. Kebebasannya ini yang nantinya menjadi sebuah pertanggungjawaban sebagai proses menemukan nilai-nilai dari sebuah misi yang harus diperjuangkan. Bukan kebebasan dalam arti yang tidak disadari. Dan bebas dalam arti ada perbuatan lain yang harus diperjuangkan.Tetapi kebebasan yang kemungkinan mengarah pada perbaikan (manusia), entah itu disebut modernisasi dan pembangunan.

Menjadi guru yang disenangi murid sebenarnya merupakan sebuah sarana untuk mencapai kebebasan yang dihayati. Baik itu oleh guru/pendidik terlebih dahulu, karena penyampaian nilai kemanusiaan bukan sekedar indoktrinasi melainkan sebuah proses terus menerus diantara pribadi satu dengan yang lain. Sehingga anak didik berani untuk hidup ditengah masyarakat serta memperjuangkan nilai sebuah kehidupan. Sebuah keberanian untuk menentukan sikap dan bebas untuk berbuat sesuatu bagi bangsa dan negara. Disitulah peran guru yang mengikhlaskan diri untuk membangun misi pendidikan menjadi misi pribadi guna membentuk anak didik masuk dalam pergumulan dunia. Tentunya bagi perkembangan sebuah bangsa yang bermartabat.

Selasa, 25 Januari 2011

ADAB DAN TANGGUNG JAWAB MURID TERHADAP GURU

Pendidikan sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehar-hari, baik ilmu formal ataupun non formal. Pendidikan formal dapat diperoleh dari sekolah, sedang ilmu non formal dapat diperoleh darimana saja, bias dari lingkungan sekitar ataupun dalam rumah sendiri. Peran guru sangat signifikan dalam pembentukan karakter seseorang anak selain kedua orang tuanya. Dan seorang pengajar atau guru adalah orang tua kedua bagi anak didik selain orang tua yang harus ditaati. Sebab, perang seorang guru juga sama dengan peran orang tua yaitu mendidik dan mengajar (sekarang guru hanya mendidik ?) hal-hal yang baik kepada anak didik. Anak yang mulanya tidak tahu apa-apa bisa menjadi pintar juga karena andil seorang guru.
Begitu besar jasa seorang guru pada anak didiknya. Maka sudah selayaknya seorang murid menghargai dan menghormati gurunya sebagai tanda terima kasih. Selain guru yang punya tanggung jawab yang besar terhadap muridnya, murid juga punya tanggung jawab pada gurunya. Jika hal ini bisa dilaksanakan maka kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan baik dan seimbang.
Untuk meraih ilmu yang bermanfaat tidak hanya tergantung pada kepandaian seorang murid saja, tetapi juga tergantung pada ridha seorang guru. Supaya menjadi murid yang berbakti kepada guru dan berahlak mulia, maka perlu diperhatikan adab dan tanggung murid pada gurunya. Hal ini harus dilakukandan diterapkan oleh smua murid agar ilmunya bermanfaat untuk dunia dan akhirat.
Adapun diantara tanggung jawab seorang murid terhadap gurunya, antara lain :
1. Mendengarkan Dengan Perhatian Penuh.
Dengan mendengarkan pelajaran yang disampaikan oleh guru murid akan memperoleh pemahaman yang benar. Selain itu guru juga akan merasa dihormati dan dihargai sehingga guru akan semangat mengajarkannya.
2. Dihadapan Guru Hendaknya Bersikap Rendah Hati.
Kedudukan seorang murid adalah dibawah guru, karena itu sangat penting menunjukkan rasa hormat dengan rendah hati. Sebab murid yang beradab dan rendah hati akan mendapat perhatian yang lebih dari gurunya. Begitu juga sebaliknya jika murid bertingkah semena-mena pada gurunya, maka sang guru pun akan memperalkukan muridnya dengan cara yang sama.
3. Berdiri Untuk Menghormati.
Dalam suatu majlis, ketika guru dating sebaiknya berdiri untuk menyambut kedatangnya. Jangan duduk sampai ia mengijinkan duduk. Setelah itu duduklah dihadapannya dengan sopan dan tidak mendahului guru didalam berbicara atau bahkan memutuskan pembicaraannya.
4. Ajukan pPertanyaan Dengan Lemah Lembut.
Jika tidak mengerti suatu masalah yang diajarkan guru, maka hendaknya mengajukan pertanyaan kepada nya dengan perkataan yang lemah lembut dan jelas agar guru mengerti apa yang ditanyakan. Sehingga kegiatan belajar akan terasa hidup dan menyenangkan.
5. Menjawab Pertanyaan Guru Dengan Baik.
Jika guru mengajukan pertanyaan tentang pelajaran yang baru disampaikan, maka jawablah pertanyaan gurunya dengan baik. Jangan mendahului menjawab guru bertanya kepada yang orang lain, karena sikap yang demikian menunjukkan kesombongan dan adab yang rendah seakan-akan merasa yang paling pandai.
6. Memberi Salam Kepada Guru Setiap Kali Bertemu.
Hendaknya mendahului memberikan salam dan menjabat tangannya setiap kali bertemu dengan sang guru, serta menghadapinya dengan wajah ceria penuh senyum, meskipun itu diluar lingkup belajar mengajar. Hal itu akan membuat guru tersanjung dan merasa dihormati.
7. Menjenguknya Bila Sakit.
Jika guru sedang sakit maka segeralah menjenguk, tanyakan tentang kesehatannya dan doakan agar beliau lekas sembuh.
8. Bermusyawarah Dengannya.
Jika menghadapi urusan-urusan atau pelajaran yang dianggap sulit untuk diatasi sendiri maka hendaknya bermusyawarah dengan guru. Karena guru akan memberikan nasehat-nasehat dan solusi yang terbaik.
9. Mendengarkan Nasehat-Nasehatnya Dengan Baik
Apabila guru sedang memberikan nasehat maka dengarkan dengan baik jangan menyela ditengah-tengah pembicaraannya. Dan apabila yang disampaikan itu tidak sesuai dengan kata hati, atau tidak sesuai dengan kenyataan yang dihadapi, maka sampaikan keberatan itu dengan tutur bahasa yang baik, agar tidak menyinggung perasannya.
10. Tidak Memanggil guru Dengan Sebutan Namanya.
Jangan sesekali memanggil guru dengan namanya, karena itu merupakan perbuatanyang tidak sopan serta tidak memiliki rasa hormat kepada sang guru.
11. Jangan Berjalan Didepannya.
Berjalan didepan guru itu menunjukkan ketidak sopanan serta berbau takabur, sepertinya ia lebih mulia dari pada gurunya. Kalupun harus berjalan dihadapannya hendaknya membungkukkan badan dan mengucapkan permisi kepadanya.
12. Tidak Menduduki Tempat Duduknya.
Maksudnya tempat duduk yang sering dipakai duduk saat dia mengajar. Karena itu merupakan perbuatantidak sopan dan tidak menghargai sang guru.
13. Menjaga Rahasia Guru.
Hendaknya murid yang mengetahu kekurangan atau aib gurunya, dapat menutup rapat-rapat mulutnya. Murid yang menyebarkan rahasia atau aib gurunya sama dengan melecehkan kehormatan guru dan merobek kepercayaannya.
14. Tidak Berdusta Kepada Guru.
Katakana pa adanya jika ia bertanya sesuatu, meskipun itu terasa pahit. Murid yang berani berdusta kepada gurunya, maka ia akan lebih berani lagi dusta kepada yang lain. Inilah awal yang tidak baik bagi pertumbuhan jiwa seseorang.
15. Tidak Menunjukkan Muda Masam.
Ketika guru menegur atau menasehati jangan marah, dan jangan bermuka masam. Tetapi hendaknya memperhatikan dan mengucapkan terima kasih atas tegurannya. Hal itu menunjukkan bahwa sang guru sangat menyayangi dan perhatian pada muridnya, dia tidak ingin muridnya terjerumus dalam berbuatan yang menyimpang.
16. Menghindari Su’udzon.
Buruk sangka atau su’udzon merupakan perbuatan yang tercela apalagi terhadap guru yang telah membagi ilmunya demi untuk kebaikan sang murid. Guru yang baik tidak mungkin menjerumuskan/melukai anak didiknya.
17. Tidak Menganggap Kritik Guru adalah Penghancuran.
Sebuah teguran/kritik yang dilontarkan pengajar/guru kepada anak didiknya, mempunyai tanda bahwa ia menyayangi anak didiknya, sehingga ia merasa perlu untuk mengingatkan agar tidak terjerumus pada perbuatan-perbuatan mungkar dan tercela yang akan merugikan dirinya sendiri. Untuk itu seorang didik tidak perlu berburuk sangka jika dirinya diingatkan atas kesalahan dan kelalaian yang telah dilakukannya. Justru berterima kasihlah kepadanya.
18. Mendoakan Guru Yang Telah Meninggal Dunia.
Jika salah satu guru ada yang meninggal dunia, maka doakanlah dia agar semua dosa-dosanya diampuni dan diberikan tempat yang paling mulia disisi-Nya.

Guru Ibarat pahlawan tanpa tanda jasa. Begitu besar jasa dan pengorbanannya, tanpa mengenal lelah berusaha sekuat tenaga agar anak didiknya bisa menjadi anak yang berguna. Tak ada balasan yang diharapkannya kecuali rasa hormat dan dihargai. Maka hendaknya adab dan tanggung jawab murid kepada guru dapat diterapkan dengan benar sebagai rasa terima kasih kita atas jasa-jasa mereka dan akhirnya kita bisa mendapat ilmu yang barokah dunia akhirat..

KIAT-KIAT LULUS UJIAN NASIONAL (UN)

A. Saat Ini hingga tiga hari menjelang hari H

1. Belajar dengan cara terbaik sesuai dengan
gaya belajar Anda.

2. Perbanyak berkonsultasi dengan guru mata
pelajaran dan berdiskusi dengan teman
mengenai materi yang Anda rasa belum
kuasai.

3. Ikuti kegiatan bimbingan belajar jika memungkinkan dari sisi waktu dan
biaya.

4. Miliki panduan materi, soal-soal UN tahun sebelumnya, dan prediksi soal
beserta pembahasannya.

5. Ikuti program persiapan belajar yang disiapkan oleh sekolah. Misalnya,
bimbingan belajar sore hari.

6. Ikuti try out yang biasanya dilakukan lembaga bimbingan belajar atau Praujian
yang biasa di programkan sekolah.

7. Berlatihlah menyelesaikan soal-soal UN atau soal prediksi UN dan periksa
sendiri jawaban Anda dengan mencocokkan kunci jawaban yang biasanya
tersedia.

8. Siapkan perlengkapan ujian yang Anda butuhkan, seperti pensil, mistar, dan
penghapus.

9. Jaga kesehatan agar tetap fit dengan berolah raga dan mengonsumsi
makanan bergizi.

10. Berdoa agar dapat lulu UN dan minta didoakan kepada orang tua dan
keluarga dekat lainnya.

B. Tiga hari hingga satu hari menjelang hari H

1. Kurangi kegiatan belajar Anda, cukup mengulangi kembali beberapa materi
yang Anda anggap perlu. Bahkan jika Anda sudah yakin menguasai materi
pelajaran, hentikan saja kegiatan belajar Anda dan manfaatkan waktu untuk
istirahat.

2. Bacalah dan ketahui dengan jelas aturan-aturan yang diberlakukan dalam
seperti tata tertib pelaksanaan UN.

3. Perbanyak kegiatan hiburan dan kegiatan bersenang-senang lainnya sehingga
perasaan Anda menjadi rileks dan tidak terbebani.

4. Pastikan Anda mengetahui jadwal mata pelajaran yang diujikan sehingga Anda
betul-betul siap menghadapinya.

5. Periksa kembali perlengkapan belajar Anda. Jika ada yang belum lengkap
segera lengkapi.

C. Pada hari H

1. Tidurlah lebih cepat dari biasanya agar fisik Anda prima dan tidak mengantuk
saat ujian berlangsung.

2. Siapkan alat tulis menulis yang Anda siapkan pada saat ujian, kartus tes,
papan pengalas, dan jam tangan (jika ada) sebelum tidur.

3. Bangun pagi-pagi. Jangan lupa sarapan dan meminta restu kedua orang tua
sebelum berangkat ke sekolah.

4. Usahakan tiba di lokasi ujian paling lambat 30 menit sebelum ujian dimulai.

5. Jangan lupa membaca doa sebelum memulai menjawab soal.

6. Santai saja, jangan terbebani/tegang pada saat menjawab soal-soal ujian.
Tanamkan optimisme dan kepercayaan diri bahwa Anda bisa menjawab
dengan benar. Ingat ketegangan dapat membuyarkan konsentrasi Anda!

7. Jaga Lembar Jawaban Komputer Anda agar tetap bersih, tidak terlipat, jangan
sama sekali di corat-coret.

8. Kontrol waktu Anda, jangan sampai waktu berakhir tetapi pekerjaan Anda
belum selesai. Jika tidak memiliki jam tangan dan pengawas tidak
menyampaikan, jangan ragu untuk bertanya kepada pengawas mengenai
waktu yang masih tersisa.

9. Periksa kembali jawaban dan data diri Anda sebelum menyerahkan LJK ke
pengawas. Pastikan bahwa data diri Anda (nama, nomor ujian, kode sekolah,
dan lainnya) terisi dengan benar. Begitu pula pastikan bahwa semua soal
telah terjawab.

10. Pastikan LJK Anda telah diterima pengawas sebelum meninggalkan ruangan
ujian.

Selamat mencoba semoga berhasil.

Senin, 24 Januari 2011

CARA KONSENTRASI BELAJAR

Siapa yang tidak ingin menjadi anak pintar, anak yang selalu disanjung, diidolakan karena prestasi yang menonjol? Menjadi anak pecundang atau tidak menonjol tentu paling tidak mengenakkan dan kadangkala tidak dianggap orang (kata orang sini dikacangi). Padahal, setiap anak mempunyai kesempatan dan peluang yang sama baik untuk menjadi anak yang berprestasi. Janganlah kita mengacu, menjadi anak yang berprestasi harus memiliki IQ (Intellegence Quetient) tinggi. Itu sudah basi!!!

Menurut Thomas Alva Edison, peranan IQ itu hanya 1% saja menunjang keberhasilan seseorang, namun yang 99% adalah kemauan dan kerja keras.
Jika harapan tersebut dapat diwujudkan, tentu akan membuat hati merasa senang sekali. Begitu juga, orang tua, adik, abang, kakak dan sebagainya tentu merasa bangga. Prestasi dan kemampuan yang kita miliki dapat dijadikan symbol, kebanggaan dan kebahagiaan keluarga. Kelebihan yang kita miliki menjadi bahan cerita dan bahan untuk membanggakan keluarga yang tak habis-habisnya.

Tentu kita berharap dapat melakukan belajar dengan perasaan gembira. Kalau guru menerangkan pelajaran, maka kitapun “langsung nyambung” dan mudah memahami apa yang dijabarkan. Kitapun betah berlama-lama memusatkan perhatian pada pelajaran. Persoalannya, bagaimana mewujudkan harapan-harapan tersebut menjadi suatu kenyataan?

Padahal, saat kita mengikuti pelajaran di sekolah tidak jarang dihinggapi oleh perasaan jemu, bosan dan malas. Bahkan rasa mengantukpun sering menjangkiti kita, saat dengar penjelasan guru di depan kelas. Hal lain, kita sering mengalami kesulitan untuk memfokuskan perhatian dan konsentrasi belajar. Kesulitan memfokuskan perhatian dan konsentrasi belajar di sekolah membuat kita tak mampu mencerna apa yang dijabarkan guru. Begitu juga, saat belajar sendiri membuat kita menjadi malas dan mengantuk.

Komponen Penggerak Belajar

Ada tiga komponen yang harus kita miliki, agar kita dapat melakukan kegiatan (proses) belajar, yaitu: Minat, Perhatian dan Motivasi.

Minat dapat diartikan sebagai keinginan yang kuat untuk memenuhi kepuasan kita, baik berupa keinginan memiliki atau melakukan sesuatu. Besarnya minat atau keberartian minat ini dapat dipandang dari 2 sisi, yaitu:

Minat sebagai sebab, yaitu tenaga pendorong yang merangsang kita memperhatikan objek tertentu lebih dari objek-objek lainnya.

Minat sebagai akibat, yaitu berupa pengalaman perasaan yang menyenangkan yang timbul sebagai akibat dari kehadiran seseorang, atau objek tertentu, atau sebagai hasil daripada partisipasi kita di dalam suatu bentuk kegiatan.

Mengingat pada kegiatan yang didorong oleh minat tentu mengandung unsur kegembiraan untuk melakukannya. Belajar pun dapat berlangsung dengan baik, jika didorong oleh minat yang kuat. Sebaliknya, aktivitas tanpa minat yang kuat akan menimbulkan suatu penolakan atau pertentangan dari dalam batin kita untuk segera mengabaikan aktivitas tersebut. Jika dipaksakan juga, akan memberi suatu kondisi yang tidak mengenakkan hati, sehingga menimbulkan rasa malas, bosan dan mengantuk. Akhirnya mudah terpengaruh untuk beralih ke aktivitas lain yang lebih menarik perhatian.

Perhatian adalah proses pemusatan pengerahan aktivitas tenaga psikis (pikiran) dan fisik terutama indera dan gerakan tubuh pada fokus tertentu. Pengerahan aktivitas pikiran dan fisik tersebut sangat dipengaruhi oleh kadar kesadaran yang turut serta pada aktivitas tersebut. Dengan kata lain, intensitas perhatian kita itu sangat didorong oleh kadar kesadaran yang turut pada aktivitas pengamatan kita tersebut, seperti adanya minat dan motivasi. Semakin tinggi intensitas perhatian kita pada suatu kegiatan akan semakin sukses kegiatan yang kita lakukan tersebut. Sebaliknya, jika perhatian kita lemah atau terpecah, maka menimbulkan aktivitas yang berkualitas rendah dan menimbulkan ketidakseriusan. Ketidakseriusan merupakan awal terbentuknya rasa malas dan bosan.

Motivasi adalah dorongan atau usaha untuk mewujudkan perbuatan dalam bentuk aktivitas mencapai kebutuhan atau tujuan tertentu. Untuk menggerakkan motivasi dari dalam diri kita, maka harus ada cukup alasan/motif tertentu yang merangsang perbuatan itu. Jadi alasan/motif yang kuatlah yang dapat memotivasi kita giat belajar. Sebaliknya, aktivitas yang tidak didasari motivasi yang kuat, maka akan menimbulkan ketidakseriusan dan perhatian tidak optimal, sehingga menimbulkan dorongan untuk mengalihkan aktivitas tersebut ke aktivitas yang lain.

Ketiga komponen minat, perhatian dan motivasi ini merupakan faktor-faktor yang ada pada setiap orang untuk melakukan aktivitas tertentu. Juga ketiga komponen ini saling mempengaruhi, sehingga bermutu atau tidaknya aktivitas kita itu sangat tergantung pada ketiga komponen yang mendasari aktivitas tersebut, termasuk aktivitas belajar. Dalam aktivitas belajar, jika ketiga komponen minat, perhatian dan motivasi tidak optimal, maka kita pun akan mengalami kesulitan melakukan konsentrasi belajar.

Konsentrasi Belajar

Berdasarkan penelaahan para ahli pendidikan, penyebab rendahnya kualitas dan prestasi belajar, sebahagian besar disebabkan oleh lemahnya kemampuan melakukan konsentrasi belajar. Padahal, bermutu atau tidaknya suatu kegiatan belajar atau optimalnya hasil belajar sangat tergantung pada intensitas kemampuan kita untuk melakukan konsentrasi belajar.

Ketidakberdayaan melakukan konsentrasi belajar ini, merupakan problematik aktual di kalangan pelajar. Kita sering kali mengalami pikiran bercabang (duplikasi pikiran), saat melakukan kegiatan belajar. Pikiran bercabang bisa muncul tanpa kita sadari. Tentunya kita pun merasa terganggu sekali saat tak mampu berkonsentrasi dalam belajar. Saat belajar, kadangkala tanpa kita undang muncul kepermukaan alam pikiran mengenai masalah-masalah lama, keinginan-keinginan lain atau yang terhambat menjadi pengganggu aktivitas belajar kita. Alhasil, kitapun beralih dan larut ke alam pikiran yang melintas tersebut.

Di sini perlu kita sadari, bahwa konsentrasi belajar itu tidak datang dengan sendirinya atau bukan dikarenakan pembawaan bakat seseorang yang dibawa sejak lahir. Melainkan konsentrasi belajar itu harus diciptakan dan direncanakan serta dijadikan kebiasaan belajar. Setiap orang pada dasarnya punya potensi dan kemampuan yang sama untuk dapat melakukan konsentrasi belajar.

Konsentrasi belajar itu maksudnya adalah pemusatan daya pikiran dan perbuatan pada suatu objek yang dipelajari dengan menghalau atau menyisihkan segala hal yang tidak ada hubungannya dengan objek yang dipelajari.

Suatu proses pemusatan daya pikiran dan perbuatan tersebut maksudnya adalah aktivitas berpikir dan tindakan untuk memberi tanggapan-tanggapan yang lebih intensif terhadap fokus atau objek tertentu. Fokus atau objek tertentu itu, tentunya telah melalui tahapan penyeleksian kualitas yang direncanakan. Prosedur tahapan penyeleksian akan kualitas objek yang direncanakan tak lain adalah pengembangan minat, motivasi dan perhatian pada objek belajar.

Penyebab-penyebab timbulnya kesulitan konsentrasi belajar, antara lain:
1. Lemahnya minat dan motivasi pada pelajaran.
2. Perasaan gelisah, tertekan, marah. Kuatir, takut, benci dan dendam.
3. Suasana lingkungan belajar yang berisik dan berantakan.
4. Kondisi kesehatan jasmani.
5. Bersifat pasif dalam belajar.
6. Tidak memiliki kecakapan dalam cara-cara belajar yang baik.

Untuk mengembangkan kemampuan konsentrasi belajar dibutuhkan, antara lain :
Kesiapan belajar (ready learning). Sebelum melakukan aktivitas belajar kita harus benar-benar dalam kondisi fresh (segar) untuk belajar. Untuk siap melakukan aktivitas belajar ada dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu kondisi fisik dan psikis. Kondisi fisik harus bebas dari gangguan penyakit, kurang gizi dan rasa lapar. Kondisi psikis harus steril dari gangguan konflik kejiwaan atau ketegangan emosional, seperti cemas, kecewa, patah hati, iri dan dendam. Masalah-masalah konflik kejiwaan ini harus diselesaikan terlebih dahulu. Pikiran harus benar-benar jernih, jika hendak melakukan kegiatan belajar.

Menanamkan minat dan motivasi belajar dengan cara mengembangkan “Imajinasi Berpikir”. Untuk membangkitkan minat dan motivasi belajar, maka perlu kita ketahui:
Apa yang dipelajari, Untuk apa mempelajari materi pelajaran yang hendak dipelajari, Apa hubungan materi pelajaran dengan kehidupan sehari-hari (manfaat mempelajari dan apa yang dapat kita lakukan dengan pengetahuan tersebut),Bagaimana cara mempelajarinya.

Dengan mengetahui keempat hal tersebut di atas, kita akan belajar secara terarah atau lebih terfokus pada materi pelajaran. Kemudian untuk membangkitkan faktor intelektual-emosional belajar kita, maka perlu mengembangkan dan membiasakan “berimajinasi dalam berpikir”. Maksudnya, kita membiasakan untuk menjelajah dengan berusaha membayangkan gambaran bentuk yang dipelajari. Kemudian pikirkan unsur-unsur penting yang membentuk gambaran tersebut. Dengan demikian kita akan digiring pada pola belajar aktif dan kreatif.

Cara belajar yang baik. Untuk memudahkan konsentrasi belajar dibutuhkan panduan untuk pengaktifan cara berpikir, penyeleksian fokus masalah dan pengarahan rasa ingin tahu. Juga, harus memuat tujuan yang hendak dicapai dan cara-cara menghidupkan dan mengembangkan rasa ingin tahu kita, hingga tuntas terhadap apa yang hendak dipelajari. Dengan kata lain, berusaha menyusun kerangka berpikir dan bertindak step by step dalam memecahkan masalah.

Lingkungan belajar harus kondusif. Belajar membutuhkan lingkungan yang kondusif untuk memperoleh hasil belajar secara optimal. Harus diupayakan tempat dan ruangan yang apik, teratur dan bersih. Suasanapun harus nyaman untuk belajar.

Belajar aktif. Jika kita sulit berkonsentrasi belajar di sekolah atau sulit mengerti apa yang dijelaskan guru dan sebagainya, maka kita harus dapat mengembangkan pola belajar aktif. Kita harus aktif belajar dan berani mengungkapkan ketidaktahuan pada guru atau teman. Buang rasa sungkan, rasa malu dan rasa takut pada guru. Guru tidak akan memberi hukuman pada kita yang proaktif dalam belajar.

Jika kita proaktif dalam belajar, maka kita akan mendapat perhatian khusus guru. Kita yang belajar yang proaktif akan menghalau timbulnya proses pengembaraan pikiran (duplikasi pikiran). Kita akan tetap fokus pada pelajaran. Intensitas konsentrasi belajar pun akan menjadi semakin optimal.

Perlu disediakan waktu untuk menyegarkan pikiran (resfreshing) saat menghadapi kejemuan belajar. Saat kita belajar sendiri di rumah dan menghadapi kesulitan (jalan buntu) mempelajari materi pelajaran, kadangkala menimbulkan rasa jemu dan bosan untuk berpikir. Jika hal ini terjadi, maka jangan paksakan diri kita untuk terus melanjutkan belajar. Jika dipaksakan akan menimbulkan kepenatan dan kelelahan, sehingga akan menimbulkan antipati untuk belajar. Jalan keluarnya kita harus menyediakan waktu 5-10 menit untuk beristirahat sejenak dengan mengalihkan perhatian pada hal lain yang bersifat menyenangkan dan menyegarkan. Jika kepenatan dan kelelahan daya pikir atau daya kerja otak kita hilang dan pikiran kembali fresh, maka kita dapat kembali melanjutkan pelajaran yang tertunda tersebut.

Sabtu, 22 Januari 2011

CARA MEMILIH SEKOLAH SETELAH SMP

Setelah menyelesaikan sekoah menengah pertama (SMP), anda bercita-cita melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, yaitu sekolah menengah. Apakah anda merasa bingung untuk menentukan sekolah menengah yang akan anda masuki ? Untuk itu anda memerlukan informasi tentang lanjutan sekolah.

A. Mengenal Jenis Sekolah Menengah.

Ada dua jenis sekolah menengah yang dapat dimasuki setelah sekolah menengah pertama (SMP), yaitu Sekolah Menengah Umum (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).

1. Sekolah Menengah Umum (SMA).

Sekolah menengah merupakan salah satu jenis sekolah yang dapat dimasuki setelah SMP. Sekolah menengah umum mengutamakan persiapan siswa melanjutkan pendidikan pada jenjang pendidikan lebih tinggi.

Dalam rangka mempersiapkan siswa memasuki pemdidikan tinggi, pada sekolah menengah umum (SMA) diselenggarakan program pendidikan khusus. Ada tiga program pengajaran di SMA, yaitu Program Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Program Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), dan Program Bahasa.

Masing-masing program bertujuan untuk mempersiapkan siswa memasuki perguruan tinggi yang berkaitan dengan ilmu-ilmu pada program tersebut. Program Pengetahuan Alam bertujuan untuk menyiapkan siswa melanjutkan pendidikan ke jenjang tinggi yang berkaitan dengan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Program Pengetahuan Sosial bertujuan untuk menyiapkan siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan tinggi yang berkaitan dengan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Sementara itu, Program Bahasa bertujuan untuk menyiapkan siswa memasuki pendidikan tinggi yang berkaitan dengan ilmu bahasa.

Program khusus di SMA diselenggarakan pada Semester I Kelas XI. Dasar yang dipakai untuk penjurusan siswa adalah akademik selama 2 semester kelas X. Kecuali itu, dipertimbangkan juga minat dan bakat yang dimiliki serta atas persetujuan orang tua siswa.

2. Sekolah Menengah Kejuruan ( SMK ).

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu jenis sekolah menengah yang dapat dimasuki setelah SMP. Sekolah menengah kejuruan bertujuan untuk :

a.Menyiapkan siswa untuk memasuki lapangan kerja serta mengembangkan sikap profesional.
b.Menyiapkan siswa agar mampu memilih karir.
c.Menyiapkan tenaga kerja tingkat menengah dan mengisi kebutuhan dunia usaha.

Siswa yang belajar di sekolah menengah kejuruan lebih banyak dibekali keterampilan untuk memasuki lapangan kerja.

Sekolah kejuruan mempunyai penekanan pada ilmu tertentu. Ada sekolah menengah kejuruan yang khusus mempelajari ilmu teknik, ada yang khusus memepelajari ilmu pertanian, ada yang khusus mempelajari ilmu yang berkaitan dengan kesejahteraan keluarga, ada yang khusus mempelajari ilmu yang berkaitan kelautan, ada yang khusus mempelajari ilmu yang berkaitan dengan farmasi, ada yang khusus mempelajari ilmu yang berkaitan dengan ekonomi/akuntansi, ada yang khusus mempelajari ilmu yang berkaitan dengan komputer dan masih banyak lagi yang semuanya bertujuan untuk mempersiapkan calon tenaga kerja siap pakai sesuai dengan bidang dan keahlian masing-masing yang dibutuhkan dunia usaha.

Contoh : Sekolah Analis Kimia, Sekolah farmasi, Sekolah Perikanan, sekolah perkapalan, Sekolah kelautan, Sekolah perawat Kesehatan (SPK), Sekolah Menengah Kesejahteraan Keluarga (SMKK), Sekolah Ekonomi/akuntasi, Sekolah Tata Boga dll.

B. Cara Mempersiapkan Diri Memasuki Sekolah Menengah.

Anda tentu ingin berhasil dalam mengikuti pendidikan di sekolah menengah. Oleh karena itu, anda perlu mempersiapkan diri untuk memilih sekolah menengah. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih sekolah menengah antara lain sebagai berikut :

1. Menentukan tujuan setelah lulus sekolah menengah. Jika setelah lulus pendidikan anda ingin melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi maka sebaiknya anda memilih sekolah menengah umum (SMA). Sebaliknya, jika setelah lulus pendidikan menengah anda ingin langsung bekerja, sebaiknya anda memilih sekolah menengah kejuruan.

2. Mempersiapkan diri sedini mungkin. Persiapan yang dimaksud disini berhubungan dengan prestasi akademik. Prestasi akademik selama anda belajar di sekolah menengah pertama dapat diketahui melalui nilai hasil Ujian Nasional maupun Ujian Sekolah yang tertera dalam STTB/SKHU. STTB/SKHU sangat mempengaruhi proses pemilihan sekolah lanjutan. Beberapa sekolah lanjutan menengah ada yang menggunakan standar nilai mata pelajaran tertentu sebagai syarat yang harus dipenuhi oleh calon siswa. Misalnya nilai mata pelajaran Matematika minimal 7. Atau mungkin ada sekolah yang mengharuskan calon siswa memiliki nilai rata-rata UN minimal 8 atau jumlah NUM 32 dan lain-lain.

3. Pertimbangkan bakat yang anda miliki. Bakat yang dimiliki seseorang tidak sama antara satu dengan lainnya. Ada yang berbakat pada ilmu alam, tetapi tidak berbakat pada ilmu sosial, ada yang berbakat di bidang olahraga, tetaapi tidak berbakat di kesenian, ada yang berbakat dibidang kesenian tetapi tidak berbakat pada keterampilan. Bakat yang dimiliki seseorang merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar. Seseorang yang mengikuti pendidikan di sekolah menengah jika didukung dengan bakat yang dimiliki, akan lebih berhasil dibanding yang tidak didukung dengan bakat.

Contoh : Eva tidak berbakat di bidan seni, tetapi berbakat di bidang Sains. Ia memilih sekolah yang tidak sesuai dengan bakatnya atas pengaruh temannya, yaitu Sekolah Seni Rupa. Akibatnya, Eva mengalami kesulitan kesulitan dalam mengikuti pelajaran. Apabila ada tugas menggambar, Eva tidak dapat mengerjakan.
Kirana mempunyai bakat dalam bidang seni. Ia memilih sekolah sesuai dengan bakat yang dimilikinya, yaitu Sekolah Seni Rupa. Kirana selalu mengerjakan tugas-tugas dengan baik, terutama berhubungan dengan seni rupa.

4. Pertimbangkan sifat-sifat yang anda miliki. Setiap orang memilki sifat yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Ada yang sabar, teliti, suka bekerja menghadapi benda, tabah, suka bekerja menghadapi orang, mampu menciptakan alat, dan lain-lain. Sifat-sifat orang merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar seseorang. Oleh karena itu, untuk memilih sekolah, sebaiknya seseorang juga harus mempertimbangkan sifat-sifat yang dimiliki.

Contoh : Bambang tidak memiliki sifat sabar dan lebih senang bekerja menghadapi benda. Bambang memilih Sekolah Perawat Kesehatan. Pada saat praktik di rumah sakit, bambang tidak bisa menghadapi pasien dengan sabar dan selalu marah. Akibatnya nilai praktik yang diperoleh tidak baik.
Hengki mempunyai sifat teliti dan lebih suka bekerja menghadapi benda. Hengki memilih Sekolah Menengah Ekonomi. Pelajaran yang diberikan di Sekolah Menengah Ekonomi banyak yang membutuhkan sifat teliti, seperti hitung dagang, akuntansi dan ekonomi. Pada saat praktek tidak mengalami kesulitan.

Oleh karena itu, agar anda tidak mengalami kesulitan dalam mengikuti kegiatan belajar di sekolah menengah sebaiknya dalam memilih sekolah menengah, sesuaikan dengan sifat-sifat yang anda miliki.

C. Rangkuman.

1. Sekolah Menengah Umum (SMA) adalah sekolah yang mempunyai tujuan mempersiapkan siswa memasuki jenjang pendidikan tinggi.
2. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah sekolah menengah yang mempunyai tujuan menyiapkan siswa memasuki lapangan kerja.
3. Contoh : Sekolah Menengah Kejuruan antara lain SMK Rumpun Ekonomi/Bisnis (SMEA), Sekolah Kejuruan Rumpun Teknologi (STM), Sekolah Menengah Kesejahteraan Keluarga (SMKK), Sekolah Farmasi, Sekolah Menengah Kerawitan, Sekolah Menengah Perkebutan Atas (SPBMA), Sekolah Pertanian Menengah Atas (SPMA), Sekolah Asisten Apoteker (SAA) dan Sekolah Analis Kimia.
4. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam meilih sekolah menengah antara lain :
a. Tujuan setelah tamat pendidikan menengah.
b. Mempersiapkan diri sedini mungkin.
c. Mempertimbangkan bakat yang dimiliki.
d. Mempertimbangkan sifat-sifat yang dimiliki.
e. Mempertimbangkan kemampuan orang tua.

PERAN ORANG TUA SEBAGAI PENDIDIK MORAL

Ibu adalah orang yang paling dekat pada anak. Ia merupakan orang yang pertama yang mengajarkan cara berbicara, cara menghitung jari di tangan, dan cara mengekspresikan rasa kasih sayang dan simpati pada orang lain. Dengan demikian ia merupakan guru pertama dan utama dalam mengendalikan anaknya untuk menjadi orang yang baik dan berguna bagi orang. Kemudian ayah juga harus menjadi orang yang pertama atau orang nomor dua dalam kehidupan anak sebagai pendidik anak dan membimbingnya tumbuh menjadi anak yang sehat dan cerdas.

Menjadi orang yang berguna seperti kata Rasullullah SAW: khairunnas anfahum linnas- orang yang baik adalah orang yang bermanfaat bagi orang lain. Namun dari kenyataan dalam hidup ini terlihat bahwa jutaan kaum bapak tidak tahu dan tidak mau tahu soal mendidik anak. Mereka terlalu menyerahkan urusan mendidik anak pada kaum ibu.

Sebagian menganggap bahwa kalau ikut mendidik dan merawat anak maka karakter maskulin mereka akan merosot. Dalam pola rumah tangga tradisionil kaum bapak berpendapat bahwa mengendong, memberi susu dan mendidik anak adalah urusan kaum wanita. Tidak masalah atau dapat dimaafkan kalau kaum bapak tidak ikut mengurus pendidikan dan perawatan anak lantaran mereka super sibuk mencari nafkah demi keluarga juga. Namun apa kira kira ungkapan yang patut diberikan pada kaum bapak yang cuma pandai beranak kemudian kurang terampil dalam mencari nafkah apalagi dalam urusan mendidik keluarga ?. Itulah yang ada dalam kenyataan bahwa dalam masyarakat tradisionil telah sepakat berpendapat bahwa tugas ibu adalah memelihara anak dan tugas ayah adalah bekerja, mencari uang, sehingga kaum ayah atau bapak tidak pantas menyediakan susu botol bayi, dan mengganti popok. Untuk keharmonisan keluarga dan perkembangan anak maka anggapan ini sangat merugikan.

Kaum bapak walaupun sibuk bekerja, namun juga harus bisa melibatkan diri dalam kehidupan rumah tangga. Malah ini dapat menambah rasa hormat istri pada suaminya. Kaum bapak yang berpandangan moderen di negara kita dan di negara maju lainnya bahwa walau mereka memiliki banyak posisi karir dan sibuk dengan beberapa aktivitas tetap melowongkan waktu untuk ikut mendidik anak, membantu meringankan pekerjaan rumah, ikut mencuci, memasak sehingga, sekali lagi, mereka mendapat simpati dan rasa hormat yang ekstra dari kaum wanita, istri mereka. Pada umumnya orang mendambakan untuk punya rumah tangga yang hangat, harmonis dan bahagia. Suasana rumah tangga yang begini tidak datang dengan sendirian namun harus dibina. Ayah dan ibu perlu melakukan proses bagaimana mengelola rumah tangga agar tumbuh bahagia.

Pola kepemimpinan dalam rumah tangga oleh ayah, dan pola pengasuhan oleh ibu sangat menentukan kebahagiaan anak-anak mereka. Ada tiga tipe kepemimpinan dan pengasuhan yang secara tak sengaja diterapkan oleh ayah dan ibu, yaitu tipe otoriter, laissez faire dan demokrasi. Orang tua yang otoriter cenderung berwatak keras, suka memaksakan pendapat. Tipe laissez faire adalah orang tua yang suka masa bodoh, serba tidak peduli atas apa yang terjadi, dan tipe demokrasi adalah pola kepemimpinan ayah dan pengasuhan kaumm ibu yang menghargai hak hak dan pendapat anak dan anggota keluarga yang lain.

Tentu saja rumah tangga yang didamba adalah rumah tangga yang hangat dan yang demokrasi. Orang tua atau ayah-ibu yang penuh penghargaan dimana kegiatan dalam rumah tangga dilaksanakan secara kebersamaan menurut peran yang telah disepakati.

Peran orang tua dalam mendidik moral anak.

Dalam zaman dengan kemajuan teknologi dan informasi yang pengaruh positif dan negatifnya hampir tidak bisa dihindari. Dampak dari kemajuan ini menimbulkan plus dan minus, termasuk dalam hal dekadensi moral – kemerosotan moral. Maka peran orang tua sebagai pendidik moral anak sangat dituntut. Mereka perlu terlibat dalam mendidik anak agar mereka memiliki moral yang terpuji. Orang tua dapat belajar dari berbagai literatur dan bertukar pendapat tentang pendidikan dengan teman yang dianggap tahu. Ada banyak buku yang dapat dibeli atau dipinjam di perpustakaan atau literatur yang dapat diakses lewat internet yang berbicara tentang moral, pendidikan moral, moral dan sosial.

Dalam zaman yang serba mudah dalam mengakses ilmu pengetahuan bila orang tua tidak peduli akan otodidak, menambah ilmu dan wawasan sendirian, tentu akan sangat merugi bagi diri dan bagi keluarga mereka. Kepribadian Kartini Kartono (1985) mengatakan bahwa setiap pribadi itu unik. Tidak ada dua pribadi yang sama. Pribadi seseorang ditentukan oleh bakat, pendidikan, pengalaman- apakah pengalaman pahit atau menyenangkan- dan faktor lingkungan. Faktor eksternal yang berpengaruh pada anak bisa berasal dari rumah, sekolah, dan masyarakat seperti teman sebaya dan teman yang berbeda umur.

Pengaruh yang diterima (yang dialami) oleh seseorang waktu kecil maka bekasnya begitu mendalam dalam memori seseorang. Semua ha-hal yang disebutkan tadi sangat berpotensi dalam pembentukan kualitas kepripadian atau karakter seseorang. Namun dasar-dasar dalam pembentukan kualitas kepribadian adalah sejak dari rumah melalui sentuhan dan bimbingan orang tua. Bentuk perlakuan yang diterima anak dari orang tua dan lingkungan menentukan kualitas kepribadiannya. Seseorang yang memiliki kepribadian yang rapuh/ lemah terbentuk karena ia kurang memperoleh kasih sayang, kurang rasa aman dan akibat pemanjaan- menuruti kehendak anak tanpa mengajarkan rasa bertanggung jawab (memberi anak kegiatan tanggung jawab). Sebaliknya orang yang memiliki kepribadian yang kuat, ini terbentuk karena pemberian rasa kasih sayang, kehangatan jiwa dan pemberian aktivitas atau pengalaman hidup, life skill, pada anak.

Membina hubungan dan komunikasi

Kita tahu bahwa kualitas hubungan dan komunikasi yang diberikan orang tua pada anak akan menentukan kualitas kepribadian dan moral mereka. Hubungan yang penuh akrab dan bentuk komunikasi dua arah antara anak dan orang tua merupakan kunci dalam pendidikan moral keluarga. Komunikasi yang perlu dilakukan adalah komunikasi yang bersifat integrative, dimana ayah, ibu dan anak terlibat dalam pembicaraan yang menyenangkan dan menghindari model komunikasi yang bersifat dominatif atau suka menguasai pembicaraan. Pastilah orang tua yang dominatif, yang kerjanya “ngobrol” melulu tak henti-hentinya akan menjadi orang tua yang menyebalkan.

Selanjutnya diharapkan agar komunikasi orangtua dengan anaknya banyak bersifat mendorong, penuh penghargaan dan perhatian. Karena ini berguna untuk meningkatkan kualitas karakter dan moral anak. Hal lain yang perlu diperhatikan orang tua dalam membentuk moral anak melalui pendidikan dalam keluarga adalah menjaga kualitas hubungan dan komunikasi mereka, yaitu hubungan dan komunikasi yang ramah tamah dengan suasana demokrasi. Sebab keramahan dapat membuat anak merasa diterima.

Ada dua tingkat hubungan orang tua dan anak dalam berkomunikasi yaitu pada tingkat feeling atau perasaan, dan tingkat rasio atau logika. Hubungan pada tingkat feeling atau emosi yaitu untuk pemahaman atau empati; empati berarti memahami perasaan seseorang tanpa harus larut dalam emosinya. Hubungan pada tingkat rasio atau logika juga diperlukan untuk memecahkan masalah dalam keluarga. Kedua bentuk hubungan ini perlu untuk diaplikasikan oleh orang tua dalam membina moral anak.

Walau orang tua harus bersikap ramah dan menerapkan demokrasi pada keluarga, bukan berarti menunjukan karakter yang lemah dan suka mengalah. Dalam membuat keputusan orang tua tetap bersifat demokratis tetapi tegas dan jelas. Sebab orang tua yang tidak tegas dan mudah mengalah pada anak akan membuat anak bermental “plin plan” atau bermental “terombang ambing”.

Moral dan agama

Zakiah Daradjat (1976) mengatakan bahwa hubungan antara moral dan agama sangat erat. Orang yang taat beragama, moralnya akan baik. Sebaliknya orang yang akhlaknya merosot, maka agamanya tidak ada sama sekali. Kualitas agama seseorang juga ditentukan oleh kualitas pendidikan dan pengalaman beragama mereka sejak kecil.

Mengajak anak-anak berusia kecil untuk mengunjungi berbagai mesjid, memberi fakir miskin sekeping roti dari tangan sendiri, mengunjungi panti asuhan dan panti jompo, menajak anak untuk ikut shalat dhuha dan tahajjud, akan dapat memperkaya pengalaman rohani anak dan akan berkesan sepanjang hayat anak. Membentuk pengalaman beragama pada anak saat kecil berarti menanamkan akar beragama pada mereka. Kelak pengalaman beragama, yang telah mengakar ini, akan mampu memperbaiki karakter, kepribadian dan moral anak.

Perlu untuk diperhatikan bahwa apabila latihan dan pengalaman beragama yang diterapkan secara kaku, maka di waktu dewasa mereka akan cenderung menjadi kurang peduli pada agama. Pembentukan moral dan agama selain ditentukan oleh faktor didikan dan sentuhan orang tua juga ditentukan oleh faktor sekolah dan pengalaman bergaul mereka dalam sosial. Memang bahwa pada mulanya sikap beragama anak pada mulanya dibentuk di rumah, namun kemudian disempurnakan di sekolah, terutama oleh guru-guru yang mereka sayangi atau yang mereka idolakan- maka guru yang diidolakan siswa hendaklah menjadi guru yang sholeh. Kemudian anak perlu juga untuk memiliki pengalaman bergaul dan melaksanakan aktivitas keagamaan, misal seperti di TPA (Taman Pendidikan Al-Quran), kegiatan menyantuni anak yatim dan fakir miskin, kegiatan didikan subuh. Dari pengalaman bersosial- begaul- sejak kecil, maka berkembanglah rasa kesadaran moral dan sosial anak. Kesadaran tersebut bisa lebih optimal pada masa remaja.

Dari uraian-uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tidak perlu ada miskonsepsi dalam mendidik anak, ayah dan dan ibu memiliki peran yang sama dalam pendidikan anak. Malah kaum bapak yang terlibat dalam mengurus anank dan rumah akan sangat dihormati oleh istri mereka. Orang tua perlu menerapkan pola demokrasi di rumah dan memperlihatkan rasa akrab dalam keluarga agar anak merasa diterima. Untuk mendidik moral maka factor model atau suri teladan dari orang tua sangat menentukan, orang tua harus terlebih dahulu memiliki moral dan akhlak yang terpuji dan akhir kata bahwa anak perlu diberi tanggung jawab, perhatian, kasih sayang dan pengalaman beragama sejakm usia dini.

(catatan: 1. Kartini Kartono (1985). Bimbingan Dan Dasar-Dasar Pelaksanaan Bimbingan Praktis. Jakarta: CV. Rajawali. 2. Zakiah Daradjat (1976). Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang)

TIPS MENCONTEK YANG BAIK DAN BENAR (KALAU MAMPU KENAPA HARUS NYONTEK?)

Sebelum kita ulas mengenai cara-cara mencontek yang baik dan benar, alangkah baiknya kalo kita telaah dulu jenis-jenis mencontek. Menurut jenisnya, tipe mencontek itu ada 3:

A. Contek diam-diam
Dalam kasus ini, pelaku pencontek cenderung mencontek kerjaan temennya yang pinter. Tapi sering juga karena kepepet, temen yang bodoh pun tetep dicontekin. Dalam contek tipe ini, korban yang diconteki (biasanya) tidak sadar telah dicontek…

B. Kerjasama
Contek jenis cenderung lebih menyenangkan. Karena dilakukan oleh 2 kepala (atau lebih), ujian jadi (terasa) lebih ringan…

C. Solo Career
Contek jenis ini biasanya lebih menjanjikan, tapi resiko kalo ketauan lebih bahaya, karena si pelaku contek bakal punya barang bukti mencontek…hahaha!

Nah, sekarang mari kita ulas tips-tips mencontek yang baik dan benar….

1. Behave. Be calm. Be confident.

Kalo kamu mau mencontek, usahakan gesture tubuh kamu jangan terlalu mencolok. Karena kalo kamu-nya udah salah tingkah duluan, misal: keringet dingin, dijamin si pengawas ujian bakal curiga.

2. Hindari eye-contact dengan pengawas ujian.

Saya kasih tau ya, peserta ujian yang sering terlibat eye-contact (kontak mata) dengan pengawas cenderung langsung dinobatkan sebagai calon pencontek. Jadinya sebisa mungkin hindari eye-contact. Cara yang paling baik adalah pura-pura ngeliat jam dinding di depan ruangan, sambil sesekali melirik si pengawas ujian. Sebisa mungkin gesture-nya se-natural mungkin.Terus, kalo kamu terlibat eye-contact dengan sang pengawas, kamu ga usah panik. Cara yang paling ampuh adalah langsung berpura-pura mikir, bisa dengan sambil bergumam & sok-sok mikirin rumus-rumus/dalil dari mata pelajaran yang bersangkutan….hahaha!

3. Hindari posisi duduk miring.

Biasanya ini terjadi kalo kamu mau mencontek temen kamu yang duduknya di belakang kamu. Posisi duduk miring emang memudahkan manuver mencontek ke belakang, tapi sayangnya posisi seperti ini sangat mencurigakan. Jadi lebih baik dihindari.

4. Jangan bawa alat tulis komplit.

Kalo perlu, kamu mending ga usah bawa pulpen. Logikanya begini, semakin banyak barang yang kamu ngga bawa, berarti semakin banyak juga kesempatan kamu minjem barang ke temen, berarti semakin banyak juga peluang untuk mencontek temen yang kita pinjem barangnya….hahahaha! Saat pinjem barang, usahakan mata ga usah melihat barang yang kita pinjem, tapi fokus pada kertas jawaban target yang akan dicontek.

5. Jangan pernah buat contekan di kartu ujian.

Sumpah, ini cara yang paling dongo’ banget! Saya suka mau teriak kalo nemuin kebetan di kartu ujiannya….! Agh!

6. Buat kebetan di kertas kecil.

Jangan pernah serakah dalam membuat kebetan! Kalo memang sifat ujiannya close book, ya buat kebetannya di kertas kecil aja. Jangan buat kebetan di kertas A4!

7. Mencontek saat di awal.

Kerjakanlah soal yang paling susah dulu! Ini wajib! Karena kalo ujiannya baru dimulai, cenderung pengawas ujian masih ngga fokus, jadinya chance untuk mencontek juga lebih besar…. Coba bandingin dengan momen-momen akhir ujian. Biasanya siswa udah keburu panik kalo waktu ujiannya tiggal dikit. Jadinya ngga bisa mencontek dengan pikiran jernih….hahahaha!

8. Ke Toilet/WC.

Ini adalah senjata pamungkas dalam urusan contek-mencontek (khususnya kalo selama ujian, peserta diperbolehkan untuk ke toilet). Sebelum pergi ke toilet, alangkah baiknya kamu hapalin dulu soal-soal apa aja yang ngga bisa kamu jawab, baru deh ntar di dalam toilet, kamu bebas membaca kertas kebetan kamu sepuasnya! Haahahaha!
Hmm, untuk saat ini, begitu dulu tips mencontek dari saya…Selamat mencontek Ujian!

Tapi tunggu dulu, kalo kita mau memperoleh hasil yang baik mustinya caranyapun harus baik. Kenapa kita harus nyontek? sementara kita memiliki kemampuan. Menyontek adalah kebiasaan dari orang yang tidak memiliki kepercayaan diri. Untuk itu pupuklah kepercayaan diri dengan membekali diri dengan kemauan dan kemampuan yang optimal. Kepercayaan diri dapat terbangun apabila kita betul-betul mempersiapkan diri sedini mungkin. Jangan merasa puas dalam menuntut ilmu.

TIP MENGHADAPI UN

Tak terasa sebentar lagi kita akan menjalani Ujian Nasional (UN)”. Apakah kalian sudah siap untuk menghadapinya? Berikut ini terdapat beberapa tips yang dapat kalian lakukan untuk mempersiapkannya:

1. Siapkan waktu sebaik mungkin
Perhatikan urutan mata-mata pelajaran yang akan diuji lalu jadwalkan waktu untuk belajar. Mulailah untuk mempelajari mata pelajaran yang diujikan terlebih dahulu dari sekarang. Kurangilah waktu bermainmu. Jalankan kebiasaan ini setiap hari termasuk di akhir pekan.

2. Pelajari kembali catatanmu setiap hari
Setelah pulang sekolah, biasakan untuk mempelajari kembali catatanmu. Hal ini dilakukan agar kita benar-benar mengerti pelajaran yang kita dapatkan di sekolah.

3. Lihat kembali tugas-tugas dan ulangan-ulanganmu yang sebelumnya
Melihat kembali tugas-tugas dan ulangan-ulangan sebelumnya juga merupakan proses belajar. Coba lihat kembali dimana kalian melakukan kesalahan dan carilah jawaban yang benar. Siapa tahu apabila soal tersebut termasuk dalam soal yang diujikan, kalian sudah siap untuk menyelesaikannya dengan benar.

4. Buatlah kelompok belajar
Dengan belajar berkelompok kalian dapat bertukar pikiran untuk membahas pelajaran yang kurang dimengerti atau sulit. Tetapi pastikan bahwa saat belajar bersama, kalian memang memakai waktu tersebut untuk belajar dan bukannya ngobrol.

5. Ikuti Bimbingan belajar
Salah satu pilihan yang dapat dilakukan untuk mempersiapkan diri kita menghadapi UN adalah mengikuti bimbingan belajar. Dengan mengikuti bimbingan belajar, kita dapat memantapkan mata-mata pelajaran yang diajarkan di sekolah serta apabila kalian tidak mengerti, kalian dapat menanyakannya pada guru bimbingan belajar tersebut.

6. Jaga kesehatan tubuh
Waktu UN semakin dekat dan itu berarti kita harus belajar lebih giat hingga kadang lupa waktu. Karena terlalu lelah, kita jadi jatuh sakit, wah kalau begini kita jadi terhambat deh untuk proses belajarnya. Konsumsilah pula makanan yang bergizi yang mengandung 4 sehat 5 sempurna, jangan makan makanan yang sembarangan. Intinya, kita harus menjaga kesehatan tubuh agar kesehatan kita tetap prima sehingga akhirnya kita dapat menyelesaikan UN dengan baik.

7. “Aku Bisa”
Kadang kita merasa tidak “PeDe” (Percaya Diri) akan menyelesaikan UN. Buanglah jauh-jauh pikiran itu dan katakan pada diri sendiri bahwa kita siap menghadapinya dan akan mendapatkan nilai baik. Dengan mempunyai rasa percaya diri, kita akhirnya dapat berkonsentrasi penuh dalam mengerjakan soal-soal yang diujikan.

8. Selesaikan belajar sehari sebelum UN di mulai
Biasanya kita sering tidak tidur dimalam UN, sehingga akhirnya kita merasa mengantuk keesokan harinya, akibatnya kita tidak bisa menyelesaikan soal-soal UN dengan baik. Agar hal ini tidak terjadi, usahakan untuk menyelesaikan belajar sehari sebelum UN dimulai. Lalu istirahatlah yang cukup agar tidak mengantuk disaat UN.

9. Datanglah lebih pagi
Akhirnya hari ulangan akhir semester dan UN tiba. Usahakan datang lebih pagi ke sekolah karena jika kalian datang terlambat yang akan kalian pikirkan adalah “semoga tidak terlambat.” Karena merasa deg-degan, materi pelajaran yang kalian sudah pelajari jauh-jauh hari jadi terlupakan deh. Bayangkan kalau kalian datang lebih pagi kan bisa mengulang catatan.

Selamat Berjuang anak-anakku, saat inilah waktunya membuktikan usaha belajarmu selama berada di SMPN 1 Ambal.

Rabu, 19 Januari 2011

CARA MEMBUAT DIRI BERSEMANGAT

A.CARA MEMBUAT DIRI BERSEMANGAT.

Untuk membuat diri bersemangat sebenarnya tidak sulit jika kita tahu caranya. Caranya yaitu dengan melihat, memperhatikan dan mengamati orang-orang yang mempunyai semangat yang menyala-nyala. Selidikilah mengapa mereka bersemangat, apa yang mendorong mereka bersemangat, apa yang sebenarnya terdapat dalam diri mereka, apa yang mereka rasakan sehingga semangat mereka begitu tinggi? Setelah menemukan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan di atas, maka praktekkanlah hal-hal tersebut. Peliharalah dan biasakanlah, maka kita akan memiliki semangat yang tinggi seperti mereka, bahkan dapat melebihi.

B.FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN SESEORANG MEMILIKI SEMANGAT TINGGI.

Diantara factor yang menyebabkan seseorang memiliki semangat yang tinggi adalah :
1.Tertarik dan cinta kepada apa yang dihadapi.
Digambarkan seperti seseorang yang sedang jatuh cinta dan ingin selalu bertemu dengan yang dicintainya. Walaupun sudah letih bekerja seharian ia masih bias berjalan berjam-jam tanpa merasa lelah. Maka untuk membuat diri bersemangat kita harus cinta kepada sesuatu yang kita hadapi untuk mencapai tujuan. Antusias yang demikian menggelora itu akan membebaskan energi yang luar biasa yang kita sendiri tidak menyangka.

2.Mempunyai tujuan dan target yang hendak dicapai.
Ada maksud tertentu dari pekerjaan yang dihadapi. Ada udang dibalik batu. Kita mempunyai maksud tertentu dari pekerjaan, maka kita akan semangat tinggi mengerjakan segala macam pekerjaan yang dapat untuk mencapai maksud dan tujuan kita. Bahkan kita pasti mencari-cari pekerjaan tersebut dengan giat.

3.Memiliki keinginan untuk menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain.
Secara kasar dapat dikatakan keinginan untuk memperoleh pujian dari masyarakat, ingin menjadi terkenal dan ingin membuat kejutan (surprise). Orang yang ingin bermanfaat atau berjasa kepada masyarakat tentu akan selalu berbuat kebaikan, mengerjakan pekerjaan yang dibebankan kepadanya dengan sebaik-baiknya, bahkan biasanya mau mengerjakan lebih dari yang diminta. Hal demikian menunjukkan adanya tenaga dan semangat yang tinggi dalam dirinya.

4.Adanya rasa persaingan dan perlombaan (kompetisi) sehingga masing-masing pihak berkeinginan untuk melebihi atau mengungguli pihak yang lain.
Hal ini menimbulkan semangat juang kedua belah pihak dan tentu semangat yang tinggi akan menyertai mereka. Berlomba-lombalah dalam kebaikan dan mencapai kebahagiaan tanpa menyisihkan atau mengorbankan orang lain.

5.Adanya harapan dari orang laindan ia sendiri ingin menggembirakan dan membahagiaan orang yang mengharapkan itu.
Hal ini akan mendorong untuk bekerja dengan lebih bersemangat sampai berhasil, lebih-lebih kalau orang yang akan dibahagiakan itu sangat memperhatikannya.

6.Karena menjadi atasan atau pucuk pimpinan. Selalu berusaha memberi contoh baik bagi anggota atau pengikut-pengikutnya untuk dapat menjaga gengsi dihadapan mereka.
Hal ini menjadikan orang tersebut tidak mudah letih meskipun sebenarnya ia sudah letih. Keletihan itu biasanya tidak begitu dirasakan. Ini disebabkan adanya rasa tanggung jawab akan tugas yang dipikulkan padanya dan kedudukan sebagai pemimpin.

7.Ingin meniru orang-orang yang maju dan sukses. Ia mempunyai dan ingat masa depan.
Oleh karena itu ia meminta nasehat khusus kepada orang yang akan dicintohnya dan hal-hal lain menjadikannya sukses.Nasehat-nasehat ini sangat diperlukan, sebab apa yang diberikan itu bias menambah atau membakar semangat pada dirinya meskipun kadang-kadang hanya bersifat sementara dan selanjutnya hilang atau padam lagi.

8.Mengerjakan pekerjaan atas pilihan dan kemauan sendiri, lebih-lebih kalau pekerjaan itu merupakan bakat atau hobinya.
Dengan demikian orang itu dapat mengerjakan pekerjaannya dengan mudah dan enak. Semangat yang ada pada orang itu timbul karena kesenangan dan kegembiraannya, penuh kebebasan dalam bekerja.

9.Mengerjakan pekerjaan yang melangsungkan hidup/kehidupannya atau mengancam kebahagiaannya. Misalnya mengerjakan pekerjaan yang besar upahnya dan dapat menambah pemasukkan sehari-harinya. Atau ujian untuk memperoleh tingkat, pangkat dan kedudukanyang lebih tinggi dan lebih enak. Dengan dorongan-dorongan tersebut seseorang akan giat bekerja.

10.Memiliki energi/tenaga yang banyak dan kepercayaan diri bahwa dia sanggup dan mampu mengerjakan pekerjaan yang sedang dihadapi lebih-lebih kalau ia berani mengucapkan “aku bisa dan sanggup mengerjakan sendiri” .
Maka ia akan berusaha keras untuk membuktikan apa yang sudah diucapkannya, ia bekerja dengan tekun dan tabah menghadapi berbagai macam rintangan dan godaan. Ia selalu berpikir positif, bersifat optimis dan tahu bahwa sedikit-sedikit lama-lama menjadi bukit.

11.Memiliki cita-cita dan ada sesuatu yang sangat diharapkan sehingga ia dapat memusatkan perhatiannya pada pekerjaan yang dihadapi. Ia dapat memilih dan mendahulukan pekerjaan-pekerjaan yang dianggap lebih penting. Pekerjaan-pekerjaannya dapat diselesaikan dan dibereskan dengan baik. Kalau semua pekerjaan dapat diselesaikan dengan segera, maka ia seakan-akan hanya menghadapi sedikit pekerjaan. Hal ini membuatnya semangat, tidak ogah-ogahan atau malas untuk mengerjakan dan menyelesaikan pekerjaan yang berdatangan dihadapannya.

Demikianlah diantara factor-faktor yang menyebabkan mengapa seseorang menjadi bgitu bersemangat. Kalu anda telah memiliki semangat yang menyala-nyala untuk berbuat dan bekerja otomatis hal ini akan menghilangkan/mengusir rintangan-rintangan anda, seperti: malas, ogah-ogahan, mudah mengantuk, melamun, lesu, bosan dan lain sebagainya. Kita yakin bahwa “dimana ada kemauan disitu ada jalan. Siapa bersungguh-sungguh pasti mendapatkan dan sesungguhnya sesudah kesulitan itu pasti dating kemudahan”. Mohonlah pertolongan kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk mencapai cita-cita dengan disertai usaha, sabar dan do’a. Dengan cara ini mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Esa akan mengabulkan apa yang anda cita-citakan.

CARA MENGATUR WAKTU BELAJAR SECARA EFISIEN

Tugas utama siswa adalah belajar. Kegiatan belajar dapat dilakukan di sekolah dan di rumah. Waktu untuk kegiatan belajar di sekolah, yaitu kurang lebih 5 jam sehari. Sementara itu, waktu untuk belajar di rumah ditentukan oleh masing-masing siswa disesuaikan dengan kondisi masing-masing. Penggunaan waktu belajar secara efisien dapat meningkatkan keberhasilan belajar siswa. Oleh karena itu, setiap siswa sebaiknya dapat mengatur waktu belajarnya secara efisien.

A.Petunjuk Menyusun Waktu Belajar Secara Efisien.

Agar siswa dapat menggunakan waktu belajar secara efisien, siswa dapat mengikuti petunjuk di bawah ini.

1.Susunlah daftar kegiatan belajar. Siswa dapat menentukan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan pada hari itu. Kegiatan tersebut mencakup kegiatan sekolah pada hari tu terutama tugas-tugas yang harus diselesaikan di rumah dan kegiatan belajar lainnya. Jenis kegaiatan belajar di rumah mencakup kegiatan mengerjakan tugas sekolah dan kegiatan belajar di rumah, yaitu mempelajari buku paket, menghafal buku pelajaran, mengerjakan pekerjaan rumah, memindah catatan, membuat ringkasan bahan pelajaran, mempersiapkan diri menghadapi ulangan, dan lain-lain. Setelah selesai menentukan jenis kegiatan belajar, selanjutnya menentukan prioritas pelaksanaannya. Dari kegiatan terpenting berturut-turut sampai yang kurang penting. Siswa dapat membuat daftar kegiatan belajar dalam buku catatan harian atau pada kertas.

Contoh : Kegiatan belajar yang sudah diurutkan menurut prioritas pe-laksanaannya.

Hari Senin

a.Menghafal materi Biologi untuk mempersiapkan diri menghadapi ulangan esok pagi

b.Mengerjakan PR Matematika

c.Menghafal materi pelajaran Agama, Geografi dan Bahasa Inggris untuk mempersiapkan diri mengikuti pelajaran esok pagi

d.Mengerjakan tugas membuat prakarya, yaitu membuat asbak dari tanah liat.

2.Menetapkan waktu belajar. Masing-masing individu mempunyai kebiasaan belajar yang berbeda. Ada individu yang bisa belajar dengan baik sore hari, ada yang pada malam hari, dan ada yang pada pagi hari. Dengan menetapkan waktu belajar tertentu sesuai dengan kondisi masing-masing individu, akan terbentuk kebiasaan belajar yang baik.

3.Bertanyalah pada diri sendiri tentang pelajaran yang anda anggap sukar dan pelajaran yang anda anggap mudah. Masing-masing orang berbeda dalam menentukan pelajaran yang sukar dan yang mudah. Ada yang menganggap pelajaran Matematika lebih sukar dari pelajaran Bahasa Inggris. Ada juga siswa yang menganggap pelajaran Bahasa Inggris lebih sukar dari pelajaran Matematika.

4.Pelajari lebih dahulu yang anda anggap sukar.

5.Mata pelajaran yang anda anggap sukar, hendaknya dipelajari lebih lama agar betul-betul anda kuasai.

6.Berilah waktu yang cukup untuk setiap mata pelajaran.

7.Buatlah satuan belajar selama satu jam. Tidak ada pedoman yang pasti untuk menetapkan lama waktu belajar. Umumnya, setiap babak waktu belajar antara 80 menit sampai dengan 90 menit. Setelah anda belajar selama kurang lebih satu jam, anda dapat melakukan selingan belajar antara 5 sampai 10 menit dengan melakukan selingan makan makanan kecil, mendengarkan musik atau melakukan gerakan kecil untuk meluruskan kaki sehingga selingan perlu dilakukan agar badan tetap segar dan tidak mudah lelah.

8.Ulangilah pelajaran yang baru saja diberikan di kelas. Bacalah kembali pelajaran tersebut sebelum anda menghadapi pelajaran berikutnya.

9.Pelajarilah setiap mata pelajaran sesering mungkin. Jika anda belajar satu jam setiap hari selama enam hari berturut-turut maka anda dapat memperoleh hasil yang lebih besar daripada belajar enam jam sekaligus, tetapi hanya sehari.

10.Jangan menyia-nyiakan waktu luang. Misalnya, ada guru yang berhalangan hadir, atau pelajaran selesai sebelum waktunya, gunakan waktu luang itu untuk belajar, diskusi atau membaca.

11.Gantilah waktu belajar yang hilang. Anda harus mengganti waktu belajar yang hilang karena melakukan kegiatan lain saat anda harus belajar. Misalnya harus menghadiri pesta pernikahan saudara sehingga waktu belajar anda ada yang hilang. Waktu yang hilang tersebut dapat diganti dengan mengurangi waktu untuk berekreasi/bermain sehingga alokasi waktu belajar anda tetap pada porsinya.

B.Petunjuk Menyusun Jadwal Belajar.

Waktu anda untuk belajar di rumah sangat terbatas, namun banyak pelajaran yang perlu anda pelajari dan banyak kegiatan belajar yang yang harus diselesaikan. Agar anda dapat membagi dan menggunakan belajar dengan baik, anda dapat membuat jadwal belajar. Ada enam langkah yang perlu anda lakukan berikut ini.

1.Catatlah semua kegiatan yang sudah pasti. Kegiatan ini meliputi kegiatan rutin di luar belajar, seperti makan, mandi, kegiatan belajar di sekolah, kegiatan keagamaan, kegiatan mengembangkan bakat, kegiatan les tambahan dan istirahat.

2.Menentukan waktu untuk tidur. Sebaiknya anda menyediakan waktu antara enam sampai dengan delapan jam untuk tidur. Jika anda tida ada kegiatan pada siang hari, anda dapat tidur siang selama satu jam.

3.Menentukan waktu makan, mandi, berpakaian, berhias dan lain-lain.

4.Menentukan waktu belajar (kurang lebih dua jam). Secara pasti anda telah mengetahui jumlah waktu untuk mengikuti kegiatan belajar di sekolah kurang lebih 5 jam. Untuk waktu belajar di rumah, dapat disusun sesuai dengan kebutuhan dan kondisi anda masing-masing

5.Menentukan waktu untuk kegiatan lain, seperti nonton televisi, mengembangkan kegemaran (hobi), dan rekreasi/bermain (kurang lebih 2 jam).

6.Gunakan hari Minggu untuk kegiatan-kegiatan selain belajar.

Untuk memperjelas uraian tersebut, di bawah ini dapat anda lihat contoh jadwal dan penggunaan waktu yang disusun oleh seorang pelajar SMP.


C.RANGKUMAN.

1.Penggunaan waktu belajar dapat menentukan keberhasilan belajar seseorang.

2.Penggunaan waktu belajar perlu diatur secara efisien agar dapat mencapai hasil belajar yang baik.

3.Cara-cara mengatur waktu belajar secara efisien antara lain sebagai berikut :

a.Menyusun daftar kegiatan sehar-hari.

b.Menetapkan waktu belajar sesuai dengan kondisi masing-masing

c.Mempelajari lebih dahulu pelajaran yang menurut anda sukar.

d.Menyediakan waktu yang lebih lama untuk mata pelajaran yang menurut anda sukar.

e.Memberi waktu yang cukup untuk setiap mata pelajaran

f.Melakukan selingan belajar tiap satu jam.

g.Segera mengulang pelajaran yang baru saja diberikan di kelas.

h.Mempelajari setiap mata pelajaran sesering mungkin.

i.Menggunakan waktu luang untuk belajar

j.Mengganti waktu belajar yang hilang.

4.Cara menyusun jadwal adalah sebagai berikut :

a.Mencatat semua kegiatan yang sudah pasti.

b.Menentukan waktu tidur.

c.Menentukan waktu makan.

d.Menentukan waktu belajar di sekolah dan di rumah.

e.Menentukan waktu mengembangkan hobi.

f.Menggunakan hari Minggu untuk kegiatan selain belajar.


D.LATIHAN DAN TUGAS.

Untuk membantu anda mengatur waktu secara efisien, kerjakan tugas-tugas sesuai dengan keadaan anda sesungguhnya.

I.Kerjakan Tugas.

1.Buatlah jadwal kegiatan sehari-hari selama satu minggu yang meliputi kegiatan sekolah, istirahat, makan, tidur, nonton TV, membantu orang tua, kegiatan belajar di rumah dan lain-lain.

2.Sebutkan tiga pelajaran yang anda anggap sukar!!!

3.Sebutkan mata pelajaran yang anda anggap mudah !!!

4.Lihatlah jadwal kegiatan yang telah anda susun !

a.berapa jam anda belajar sehari?

b.Kapan waktu anda belajar (pagi, siang, malam) ?


II.Jawablah pertanyaan di bawah ini sesuai dengan keadaan anda yang sesungguhnya. Jawablah ”ya” jika pernyataan sesuai dengan keadaan anda dan jawablah ”tidak” jika pernyataan tidak sesuai dengan keadaan anda.

1.Anda belajar sesuai dengan jadwal ?

2.Anda sudah menetapkan waktu belajar sesuai dengan kondisi anda.

3.Anda selalu mempelajari pelajaran yang anda anggap sukar lebih dahulu.

4.Anda selalu mengulang pelajaran yang baru saja diberikan di sekolah.

5.Anda selalu melakukan setengah-setengah belajar setelah belajar kurang lebih satu jam.

6.Anda selalu mempelajari bahan pelajaran sesering mungkin.

7.Anda selalu menggunakan waktu luang untuk belajar.

8.Anda selalu mengganti waktu belajar yang hilang.

Jumat, 14 Januari 2011

PROGRAM PENGEMBANGAN DIRI MELALUI PELAYANAN KONSELING SMP NEGERI 1 AMBAL KABUPATEN KEBUMEN

BAB I
PENDAHULUAN

A. LANDASAN

1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1
butir 6 yang mengemukakan bahwa konselor adalah pendidik, Pasal 3 bahwa
pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik, dan
Pasal 4 ayat (4) bahwa pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan,
membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses
pembelajaran.

2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,
Pasal 5 s.d Pasal 18 tentang standar isi pendidikan dasar dan menengah.

3. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi
untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, yang memuat pengembangan diri
peserta didik dalam struktur kurikulum setiap satuan pendidikan.

4. Dasar Standarisasi Profesi Konseling yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi Tahun 2004 yang memberi arah pengembangan profesi konseling di
sekolah dan di luar sekolah.


B. PENGERTIAN

Pengembangan diri merupakan kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran sebagai bagian integral dari kurikulum sekolah/madrasah.Kegiatan pengembangan diri dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling berkenaan dengan masalah diri pribadi dan kehidupan sosial, kegiatan belajar, dan pengembangan karir peserta didik, serta kegiatan ekstra kurikuler. Untuk satuan pendidikan kejuruan, kegiatan pengembangan diri, khususnya pelayanan konseling ditujukan untuk pengembangan kreativitas dan karir. Untuk satuan pendidikan khusus, pelayanan konseling menekankan peningkatan kecakapan hidup sesuai dengan kebutuhan khusus peserta didik.

Kegiatan pengembangan diri difasilitasi/dilaksanakan oleh konselor, dan kegiatan ekstra kurikuler dapat diselenggarakan oleh konselor, guru dan atau tenaga kependidikan lain sesuai dengan kemampuan dan kewenangannya. Pengembangan diri yang dilakukan dalam bentuk kegiatan pelayanan konseling dan kegiatan ekstra kurikuler dapat megembangkan kompetensi dan kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari peserta didik.

C. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, kondisi dan perkembangan peserta didik dengan memperhatikan kondisi sekolah/madrasah.

2. Tujuan Khusus

Pengembangan diri bertujuan menunjang pendidikan peserta didik dalam mengembangkan:

a. Bakat
b. Minat
c. Kreativitas
d. Kompetensi dan kebiasaan dalam kehidupan
e. Kemandirian
f. Kemampuan kehidupan keagamaan
g. Kemampuan sosial
h. Kemampuan belajar
i. Wawasan dan perencanaan karir
j. Kemampuan pemecahan masalah


D. RUANG LINGKUP

Pengembangan diri meliputi dua komponen:

1. Pelayanan konseling, meliputi pengembangan:
a. kehidupan pribadi
b. kemampuan sosial
c. kemampuan belajar
d. wawasan dan perencanaan karir

2. Ekstra kurikuler, meliputi kegiatan:

a. kepramukaan
b. latihan kepemimpinan, ilmiah remaja, palang merah remaja
c. seni, olahraga, cinta alam
d. keagamaan



CATATAN :

Pengembangan Diri yang dikembangkan disini khusus Pengembangan Diri melalui Pelayanan Konseling.



BAB III
PENGEMBANGAN DIRI
MELALUI PELAYANAN KONSELING

A. STRUKTUR PELAYANAN KONSELING

Pelayanan konseling di sekolah/madrasah merupakan usaha membantu peserta didik dalam pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kegiatan belajar, serta perencanaan dan pengembangan karir. Pelayanan konseling memfasilitasi pengembangan peserta didik, secara individual dan atau kelompok, sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, perkembangan, serta peluang-peluang yang dimiliki. Pelayanan ini juga membantu mengatasi kelemahan dan hambatan serta masalah yang dihadapi peserta didik.

1. Pengertian Konseling

Konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok,agar mampu mandiri dan berkembang secara optimal dalam bidang pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kegiatan belajar, dan perencanaan karir, melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung berdasarkan norma-norma yang berlaku.

2. Paradigma, Visi, dan Misi

a. Paradigma

Paradigma konseling adalah pelayanan bantuan psiko-pendidikan dalam bingkai budaya. Artinya, pelayanan konseling berdasarkan kaidah-kaidah ilmu dan teknologi pendidikan serta psikologi yang dikemas dalam kaji-terapan pelayanan konseling yang diwarnai oleh budaya lingkungan peserta didik.

b. Visi

Visi pelayanan konseling adalah terwujudnya kehidupan kemanusiaan yang membahagiakan melalui tersedianya pelayanan bantuan dalam pemberian dukungan perkembangan dan pengentasan masalah agar peserta didik berkembang secara optimal, mandiri dan bahagia.

c. Misi

1) Misi pendidikan, yaitu memfasilitasi pengembangan peserta didik melalui
pembentukan perilaku efektif-normatif dalam kehidupan keseharian dan masa depan.
2) Misi pengembangan, yaitu memfasilitasi pengembangan potensi dan kompetensi
peserta didik di dalam lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat.
3) Misi pengentasan masalah, yaitu memfasilitasi pengentasan masalah peserta didik
mengacu pada kehidupan efektif sehari-hari.


3. Bidang Pelayanan Konseling

a. Pengembangan kehidupan pribadi, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta
didik dalam memahami, menilai, dan mengembangkan potensi dan kecakapan, bakat
dan minat, sesuai dengan karakteristik kepribadian dan kebutuhan dirinya
secara realistik.

b. Pengembangan kehidupan sosial, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta
didik dalam memahami dan menilai serta mengembangkan kemampuan hubungan sosial
yang sehat dan efektif dengan teman sebaya, anggota keluarga, dan warga
lingkungan sosial yang lebih luas.

c. Pengembangan kegiatan belajar, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta
didik mengembangkan kemampuan belajar dalam rangka mengikuti pendidikan
sekolah/madrasah dan belajar secara mandiri.

d. Pengembangan karir, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam
memahami dan menilai informasi, serta memilih dan mengambil keputusan karir.


4. Fungsi Konseling

a. Pemahaman, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik memahami diri dan
lingkungannya.
b. Pencegahan, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik mencegah atau
menghindarkan diri dari berbagai permasalahan yang dapat menghambat perkembangan
dirinya.
c. Pengentasan, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik mengatasi masalah yang
dialaminya.
d. Pemeliharaan dan pengembangan, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik
memelihara dan menumbuh-kembangkan berbagai potensi dan kondisi positif yang
dimilikinya.
e. Advokasi, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik memperoleh pembelaan atas
hak dan atau kepentingannya kurang mendapat perhatian.


5. Prinsip dan Asas Konseling

a. Prinsip-prinsip konseling berkenaan dengan sasaran layanan, permasalahan yang
dialami peserta didik, program pelayanan, serta tujuan dan pelaksanaan pelayanan.
b. Asas-asas konseling meliputi asas kerahasiaan, kesukarelaan, keterbukaan,
kegiatan, kemandirian, kekinian, kedinamisan, keterpaduan, kenormatifan,
keahlian, alih tangan kasus, dan tut wuri handayani.

6. Jenis Layanan Konseling

a. Orientasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik memahami lingkungan baru,
terutama lingkungan sekolah dan obyek-obyek yang dipelajari, untuk menyesuaikan
diri serta mempermudah dan memperlancar peran peserta didik di lingkungan yang
baru.

b. Informasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik menerima dan memahami
berbagai informasi diri, sosial, belajar, karir/jabatan, dan pendidikan lanjutan.

c. Penempatan dan Penyaluran, yaitu layanan yang membantu peserta didik memperoleh
penempatan dan penyaluran yang tepat di dalam kelas, kelompok belajar,
jurusan/program studi, program latihan, magang, dan kegiatan ekstra kurikuler.

d. Penguasaan Konten, yaitu layanan yang membantu peserta didik menguasai konten
tertentu, terutama kompetensi dan atau kebiasaan yang berguna dalam kehidupan
di sekolah, keluarga, dan masyarakat.

e. Konseling Perorangan, yaitu layanan yang membantu peserta didik dalam
mengentaskan masalah pribadinya.

f. Bimbingan Kelompok, yaitu layanan yang membantu peserta didik dalam pengembangan
pribadi, kemampuan hubungan sosial, kegiatan belajar, karir/jabatan, dan
pengambilan keputusan, serta melakukan kegiatan tertentu melalui dinamika
kelompok.

g. Konseling Kelompok, yaitu layanan yang membantu peserta didik dalam pembahasan
dan pengentasan masalah pribadi melalui dinamika kelompok.

h. Konsultasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik dan atau pihak lain dalam
memperoleh wawasan, pemahaman, dan cara-cara yang perlu dilaksanakan dalam
menangani kondisi dan atau masalah peserta didik.

i. Mediasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik menyelesaikan permasalahan
dan memperbaiki hubungan antarpeserta didik.


7. Kegiatan Pendukung

a. Aplikasi Instrumentasi, yaitu kegiatan mengumpulkan data tentang diri peserta
didik dan lingkungannya, melalui aplikasi berbagai instrumen, baik tes maupun
non-tes.
b. Himpunan Data, yaitu kegiatan menghimpun data yang relevan dengan pengembangan
peserta didik, yang diselenggarakan secara berkelanjutan, sistematis,
komprehensif, terpadu, dan bersifat rahasia.
c. Konferensi Kasus, yaitu kegiatan membahas permasalahan peserta didik dalam
pertemuan khusus yang dihadiri oleh pihak-pihak yang dapat memberikan data,
kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya masalah peserta didik, yang bersifat
terbatas dan tertutup.
d. Kunjungan Rumah, yaitu kegiatan memperoleh data, kemudahan dan komitmen bagi
terentaskannya masalah peserta didik melalui pertemuan dengan orang tua dan atau
keluarganya.
e. Tampilan Kepustakaan, yaitu kegiatan menyediakan berbagai bahan pustaka yang
dapat digunakan peserta didik dalam pengembangan diri, kemampuan sosial,
kegiatan belajar, dan karir/jabatan.
f. Alih Tangan Kasus, yaitu kegiatan untuk memindahkan penanganan masalah peserta
didik ke pihak lain sesuai keahlian dan kewenangannya.

8. Format Kegiatan

a. Individual, yaitu format kegiatan konseling yang melayani peserta didik secara
perorangan.

b. Kelompok, yaitu format kegiatan konseling yang melayani sejumlah peserta didik
melalui suasana dinamika kelompok.

c. Klasikal, yaitu format kegiatan konseling yang melayani sejumlah peserta didik
dalam satu kelas.
d. Lapangan, yaitu format kegiatan konseling yang melayani seorang atau sejumlah
peserta didik melalui kegiatan di luar kelas atau kegiatan lapangan.

e. Pendekatan Khusus, yaitu format kegiatan konseling yang melayani kepentingan
peserta didik melalui pendekatan kepada pihak-pihak yang dapat memberikan
kemudahan untuk peserta didik.



9. Program Pelayanan

a. Jenis Program
1) Program Tahunan, yaitu program kegiatan pelayanan konseling meliputi seluruh
kegiatan selama satu tahun untuk masing-masing kelas di sekolah.
2) Program Semesteran, yaitu program kegiatan pelayanan konseling meliputi
seluruh kegiatan selama satu semester yang merupakan jabaran program tahunan.
3) Program Bulanan, yaitu program kegiatan pelayanan konseling meliputi seluruh
kegiatan selama satu bulan yang merupakan jabaran program semesteran.
4) Program Mingguan, yaitu program kegiatan pelayanan konseling meliputi seluruh
kegiatan selama satu minggu yang merupakan jabaran program bulanan.
5) Program Harian, yaitu program kegiatan pelayanan konseling yang dilaksanakan
pada hari-hari tertentu dalam satu minggu. Program harian merupakan jabaran
dari program mingguan dalam bentuk satuan layanan (SATLAN) dan atau satuan
kegiatan pendukung (SATKUNG) konseling.

b. Penyusunan Program
1) Program pelayanan konseling disusun berdasarkan kebutuhan peserta didik (need
assessment) yang diperoleh melalui aplikasi instrumentasi.
2) Substansi program pelayanan konseling meliputi keempat bidang, jenis layanan
dan kegiatan pendukung, format kegiatan, sasaran pelayanan, dan volume/beban
tugas konselor.


B. PERENCANAAN KEGIATAN

1. Perencanaan kegiatan pelayanan konseling mengacu pada program tahunan yang telah
dijabarkan ke dalam program semesteran, bulanan serta mingguan.

2. Perencanaan kegiatan pelayanan konseling harian yang merupakan jabaran dari
program mingguan disusun dalam bentuk SATLAN dan SATKUNG yang masing-masing
memuat :
a. Sasaran layanan/kegiatan pendukung
b. Substansi layanan/kegiatan pendukung
c. Jenis layanan/kegiatan pendukung, serta alat bantu yang digunakan
d. Pelaksana layanan/kegiatan pendukung dan pihak-pihak yang terlibat
e. Waktu dan tempat


3. Rencana kegiatan pelayanan konseling mingguan meliputi kegiatan di dalam kelas
dan di luar kelas untuk masing-masing kelas peserta didik yang menjadi tanggung
jawab konselor.

4. Satu kali kegiatan layanan atau kegiatan pendukung konseling berbobot ekuivalen
2 (dua) jam pembelajaran.

5. Volume keseluruhan kegiatan pelayanan konseling dalam satu minggu minimal
ekuivalen dengan beban tugas wajib konselor di sekolah.



C. PELAKSANAAN KEGIATAN

1. Konselor berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan pengembangan diri yang
bersifat rutin, insidental dan keteladanan.

2. Program pelayanan konseling yang direncanakan dalam bentuk SATLAN dan SATKUNG
dilaksanakan sesuai dengan sasaran, substansi, jenis kegiatan, waktu, tempat,
dan pihak-pihak yang terkait.

3. Kegiatan pelayanan konseling dapat dilaksanakan di dalam atau di luar jam
pembelajaran sekolah/madrasah. Kegiatan pelayanan konseling di luar jam
pembelajaran maksimum 50 %.

4. Kegiatan pelayanan konseling dicatat dalam laporan pelaksanaan program
(LAPELPROG).


5. Alokasi waktu kegiatan pelayanan konseling dan kegiatan ekstra kurikuler yang
merupakan bagian dari kegiatan pengembangan diri ekuivalen 2 (dua) jam
pembelajaran untuk setiap kelas.

6. Waktu untuk pelaksanaan kegiatan pelayanan konseling di dalam kelas dan di luar
kelas setiap minggu diatur oleh konselor dengan persetujuan pimpinan sekolah.



D. PENILAIAN KEGIATAN

1. Penilaian hasil kegiatan pelayanan konseling dilakukan melalui:

a. Penilaian segera (LAISEG), yaitu penilaian pada akhir setiap jenis layanan
dan kegiatan pendukung konseling untuk mengetahui perolehan peserta didik
yang dilayani.
b. Penilaian jangka pendek (LAIJAPEN), yaitu penilaian dalam waktu tertentu
(satu minggu sampai dengan satu bulan) setelah satu jenis layanan dan
kegiatan pendukung konseling diselenggarakan untuk mengetahui dampak layanan
terhadap peserta didik.
c. Penilaian jangka panjang (LAIJAPANG), yaitu penilaian dalam waktu tertentu
(satu bulan sampai dengan satu semester) setelah satu atau beberapa layanan
dan kegiatan pendukung konseling diselenggarakan untuk mengetahui lebih jauh
dampak layanan dan atau kegiatan pendukung konseling terhadap peserta didik.

2. Penilaian proses kegiatan pelayanan konseling dilakukan melalui analisis
terhadap keterlibatan unsur-unsur sebagaimana tercantum di dalam SATLAN dan
SATKUNG, untuk mengetahui efektifitas dan efesiensi pelaksanaan kegiatan.
3. Hasil penilaian kegiatan pelayanan konseling dicantumkan dalam LAPELPROG.
4. Hasil kegiatan pelayanan konseling secara keseluruhan dalam satu semester untuk
setiap peserta didik yang merupakan komponen pengembangan diri dilaporkan secara
kualitatif.



E. PELAKSANA KEGIATAN

1. Pelaksana kegiatan pelayanan konseling adalah konselor sekolah/ madrasah.

2. Konselor pelaksana kegiatan pelayanan konseling di sekolah/madrasah wajib:
a. Menguasai spektrum pelayanan pada umumnya, khususnya pelayanan profesi
konseling.
b. Merumuskan dan menjelaskan peran keprofesian konselor kepada pihak-pihak
terkait, terutama peserta didik, pimpinan sekolah, sejawat pendidik, dan
orang tua.
c. Melaksanakan tugas pelayanan profesian konseling yang setiap kali
dipertanggungjawabkan kepada pemangku kepentingan, terutama pimpinan sekolah,
orang tua, dan peserta didik.
d. Mewaspadai hal-hal negatif yang dapat mengurangi keefektifan kegiatan
pelayanan konseling.
e. Mengembangkan kemampuan keprofesian konseling secara berkelanjutan.

3. Beban tugas wajib konselor ekuivalen dengan beban tugas wajib pendidik lainnya
di sekolah sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.


F. PENGAWASAN KEGIATAN

1. Kegiatan pelayanan konseling di sekolah/madrasah dipantau, dievaluasi, dan
dibina melalui kegiatan pengawasan.

2. Pengawasan kegiatan pelayanan konseling dilakukan secara:
a. interen, oleh kepala sekolah.
b. eksteren, oleh pengawas sekolah/madrasah bidang konseling.

3. Fokus pengawasan adalah kemampuan profesional konselor dan implementasi kegiatan
pelayanan konseling yang menjadi kewajiban dan tugas konselor di sekolah.

4. Pengawasan kegiatan pelayanan konseling dilakukan secara berkala dan
berkelanjutan.

5. Hasil pengawasan didokumentasikan, dianalisis, dan ditindaklanjuti untuk
peningkatan mutu perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pelayanan konseling di
sekolah.









BAB III
RINCIAN KEWAJIBAN KONSELOR


1. Menguasai spektrum pelayanan pada umumnya, khususnya pelayanan profesional
konseling

a. Konselor menguasai spektrum pelayanan pada umumnya, yaitu pelayanan dasar,
pelayanan pengembangan, dan pelayanan teraputik.

1) Pelayanan dasar dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan peserta didik yang
paling elementer, yaitu kebutuhan makan dan minum, udara segar, dan
kesehatan, serta kebutuhan hubungan sosio-emosional. Orang tua dan
orang-orang yang dekat (significant persons) memiliki peranan paling dominan
dalam pemenuhan kebutuhan dasar peserta didik.
2) Pelayanan pengembangan dimaksudkan mengembangkan potensi peserta didik sesuai
dengan tahap-tahap dan tugas-tugas perkembangannya. Dengan pelayanan
pengembangan yang cukup baik peserta didik akan dapat menjalani kehidupan dan
perkembangan dirinya dengan wajar, tanpa beban yang memberatkan, memperoleh
penyaluran bagi pengembangan potensi yang dimiliki, serta menatap masa depan
dengan cerah. Upaya pendidikan pada umumnya merupakan pelaksanaan pelayanan
pengembangan bagi peserta didik. Di sekolah/madrasah, konselor, guru, dan
tenaga kependidikan memiliki peran dominan dalam penyelenggaraan
pengembangan terhadap peserta didik.
3) Pelayanan teraputik dimaksudkan untuk menangani pemasalahan yang diakibatkan
oleh gangguan terhadap pelayanan dasar dan pelayanan pengembangan.
Permasalahan tersebut dapat terkait dengan kehidupan pribadi, kehidupan
sosial, kehidupan keluarga, kegiatan belajar, karir, serta kehidupan
keberagamaan. Dalam upaya menangani permasalahan peserta didik, konselor
memiliki peran dominan. Peran konselor dapat menjangkau aspek-aspek pelayanan
dasar dan pengembangan.

b. Spektrum pelayanan profesional konseling meliputi:
1) Wawasan keilmuan, keterampilan keahlian, kode etik, dan organisasi profesi
konseling.
2) Paradigma, visi dan misi pelayanan konseling
3) Bidang pelayanan konseling
4) Fungsi, prinsip, dan asas konseling
5) Jenis layanan, kegiatan pendukung, dan format pelayanan konseling
6) Operasionalisasi kegiatan konseling terhadap berbagai sasaran pelayanan

2. Merumuskan dan menjelaskan peran profesional konselor kepada pihak-pihak
terkait, terutama peserta didik, pimpinan sekolah, sejawat pendidik, dan orang
tua

a. Sejak awal bertugas di sekolah, konselor merumuskan secara konkrit dan jelas
tugas dan kewajiban keprofesiannya dalam pelayanan konseling, meliputi:
1) Struktur pelayanan konseling
2) Program pelayanan konseling
3) Pengelolaan program pelayanan konseling
4) Evaluasi hasil dan proses pelayanan konseling
5) Tugas dan kewajiban pokok konselor.

b. Hal-hal sebagaimana tersebut pada butir a dijelaskan kepada peserta didik,
pimpinan, dan sejawat pendidik di sekolah/madrasah, dan orang tua secara
profesional dan proporsional.

3. Melaksanakan tugas pelayanan profesional konseling yang setiap kali
dipertanggungjawabkan kepada pemangku kepentingan, terutama pimpinan
sekolah/madrasah, orang tua, dan peserta didik.
a. Unsur-unsur pokok dalam tugas pelayanan konseling di sekolah :
1) Jumlah peserta didik yang diasuh seorang konselor 150 orang. Konselor wajib
memberikan pelayanan konseling kepada seluruh peserta didik yang diasuhnya
sesuai kebutuhan dan masalah masing-masing.
2) Program tahunan, semesteran, bulanan, mingguan, dan kegiatan harian pelayanan
konseling.
3) SATLAN, SATKUNG, dan LAPELPROG.
4) Pelayanan terhadap masing-masing peserta didik yang diasuh sebanyak minimal 5
(lima) kali kegiatan pelayanan konseling setiap semester.
5) Jumlah jam pembelajaran wajib pelayanan konseling seminggu ekuivalen dengan
jam pembelajaran wajib guru. Jumlah jam pembelajaran wajib ini dihitung
dengan menggunakan Format Perhitungan Jam Kegiatan Pelayanan Konseling di
Sekolah.
b. Tugas yang mengandung unsur-unsur pokok sebagaimana tersebut di atas merupakan
“perjanjian kerja” yang wajib dilaksanakan oleh konselor dan secara berkala
dipertanggungjawabkan kepada pimpinan sekolah.

4. Mewaspadai hal-hal negatif yang dapat mengurangi keefektifan pelayanan konseling
a. Hal-hal berikut ini perlu dicegah untuk tidak terjadi atau tidak dilakukan oleh
konselor:
1) Tercerderainya asas kerahasiaan, karena konselor secara langsung ataupun
tidak langsung mengemukakan hal-hal berkenaan dengan diri peserta didik yang
tidak boleh atau tidak layak diketahui orang lain.
2) Memberikan label kepada peserta didik, baik perorangan maupun kelompok,
dengan cara apapun, yang berkonotasi negatif terhadap peserta didik yang
bersangkutan.
3) Bertindak laksana polisi sekolah yang memata-matai ataupun mencari-cari
kesalahan peserta didik, seperti bertindak sebagai piket keamanan, perazzia,
pencari pencuri. Dalam hal ini, konselor dapat menerima peserta didik yang
terjaring dalam kegiatan “kepolisian sekolah” yang dilakukan oleh pihak lain,
mendapatkan pelayanan konseling.
4) Membuat ataupun menyetujui dibuatnya “surat perjanjian” dengan peserta didik
yang berkonotasi atau berakhir pada sanksi ataupun hukuman tertentu. Dalam
hal ini, konselor dapat menerima peserta didik yang telah membuat perjanjian
dengan pihak lain, untuk mendapatkan pelayanan konseling agar terhindar dari
sanksi ataupun hukuman sebagaimana dinyatakan dalam “surat perjanjian”.
5) Kondisi tempat ataupun ruang kerja konselor yang dapat mengganggu
kesukarelaan, ketenangan, dan terjaminnnya kerahasiaan peserta didik yang
datang kepada konselor untuk mendapatkan pelayanan konseling.

b. Hal-hal sebagaimana tersebut pada butir a sejak awal disampaikan oleh konselor
kepada pihak-pihak terkait, terutama peserta didik, sejawat pendidik, dan
pimpinan sekolah/madrasah untuk mendapatkan dukungan dan faslitas dalam
mewujudkannya.

5. Mengembangkan kemampuan keprofesian konseling secara berkelanjutan

a. Pengembangan kemampuan keprofesian konselor dapat dilaksanakan melalui:
1) Pengawasan kegiatan pelayanan konseling di sekolah, baik yang dilaksanakan
secara interen oleh pimpinan sekolah/madrasah, maupun oleh Pengawas Sekolah
Bidang Konseling.
2) Diskusi profesional yang diikuti oleh para konselor sekolah/madrasah (dalam
satu sekolah/madrasah ataupun antarsekolah/madrasah) untuk membahas
kasus-kasus peserta didik.
3) Partisipasi dalam kegiatan keorganisasian profesi konseling
4) Pendidikan dalam-jabatan (seperti penataran) dan pendidikan lanjutan dalam
bidang konseling.
5) Kegiatan dalam rangka kredensialisasi untuk sertifikasi, akreditasi, dan atau
lisensi dalam bidang konseling.

b. Untuk terlaksananya hal-hal sebagaimana tersebut pada butir a konselor
membicarakannya dengan pimpinan sekolah dan pihak-pihak lain berkenaan dengan
keorganisasian profesi konseling.


BAB IV
PENGEMBANGAN DIRI
TERPROGRAM DAN TIDAK TERPROGRAM

4.1. Tujuan Pengembangan Diri

a. Tujuan umum

Tujuan umum pengembangan diri adalah untuk memberi kesempatan peserta didik
untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai kebutuhan, potensi, bakat
dan minat, kondisi serta perkembangan peserta didik sesuai kondisi sekolah.

b. Tujuan Khusus
Tujuan khusus pengembangan diri adalah untuk menunjang pendidikan peserta didik dalam mengembangkan bakat, minat, kreativitas, kompetensi dan kebiasaan dalam
kehidupan seperti kemampuan kehidupan beragama, sosial, kemampuan belajar,
wawasan dan perencanaan karier, kemampuan pemecahan masalah dan kemandirian.

4.2. Kegiatan Pengembangan Diri.

Pengembangan Diri terdiri dari 2 (dua) kegiatan yaitu Kegiatan Terprogram dan Tidak Terprogram. Kegiatan terprogram direncanakan secara khusus dan diikuti oleh peserta didik sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pribadinya. Kegiatan tidak terprogram dilaksanakan secara langsung oleh pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah/madrasah yang diikuti oleh semua peserta didik.

4.3. Kegiatan Pengembangan Diri Terprogram di SMP Negeri 1 Ambal

3.2.1. Pelayanan Konseling
a. Melayani masalah kesulitan belajar
b. Membantu pengembangan karier peserta didik
c. Membantu pemilihan jenjang pendidikan yang lebih tinggi
d. Membantu memecahkan masalah dalam kehidupan sosial

3.3.2. Ekstrakurikuler, meliputi:
a. Pramuka
- Sebagai wahana berlatih berorganisasi
- Melatih kepemimpinan
- Melatih sikap demokratis
- Melatih belajar mengambil keputusan
- Menyiapkan Tim Pramuka Sekolah untuk mengikuti Jamnas.
b. Palang Merah Remaja ( PMR )
- Memperkenalkan peserta didik terhadap kegiatan-kegiatan kepalang merahan.
- Menyiapkan peserta untuk menjadi insan yang sigap dan trampil dalam melakukan
pertolongan darurat terhadap peristiwa kebencanaan.
- Memberikan bekal pengetahuan kepalangmerahan sehingga dapat digunakan untuk
memasuki organisasi kepalangmerahan yang lebih luas.
- Menyiapkan Tim PMR Sekolah untuk mengikuti Lomba Tingkat Kabupaten..
c. Patroli Kemanan Sekolah ( PKS )
- Memupuk dan mengembangkan bakat peserta didik di bidang manajemen keamanan.
- Memberikan bekal kepemimpinan kepada peserta didik untuk dikembangkan di masa
yang akan datang.
- Menyiapkan Tim PKS di Sekolah untuk menegakkan kedisiplinan.
d. Kelompok Ilmiah Remaja ( KIR )
- Memupuk dan mengembangkan bakat peserta didik di bidang penelitian.
- Melatih peserta didik untuk bekerja dan berpikir ilmiah melalui kegiatan-
kegiatan penelitian.
- Memberikan bekal kepada peserta didik agar tertarik dalam bidang tulis menulis
- Mempersiapkan Kelompok Ilmiah Remaja ( KIR ) mewakili sekolah dalam lomba KIR.
e. Olah Raga
- Memupuk dan mengembangkan bakat peserta didik di bidang olah raga permainan.
- Mengembangkan Olah Raga Permainan dengan membentuk Tim Bola Voli, Tim Bola
Basket, dan Tim Sepak Bola.
- Mengembangkan Olah Raga Bela Diri ( Pencak Silat )
- Memberikan bekal kepada peserta didik agar dapat berprestasi di bidang olah
raga permainan di masa yang akan datang.
- Menyiapkan Tim OR Sekolah untuk mengikuti kegiatan POPDA.
d. Seni Tari
- Menanamkan sikap kepada peserta didik untuk mencintai kebudayaan sendiri.
- Memupuk dan mengembangkan bakat peserta didik di bidang gerak dan olah tubuh.
- Memberikan bekal kepada peserta didik agar dapat mengembangkan seni tari di
masa yang akan datang.
- Menyiapkan Tim Sekolah untuk mengikuti Lomba Tari di tingkat Kabupaten.
g. Pencak Silat
- Memberikan bekal pengetahuan kepada peserta didik tentang ilmu bela diri.
- Memupuk dan mengembangkan bakat peserta didik di bidang olah raga bela diri.
- Melatih sikap dan prilaku peserta didik untuk mengedepankan sportifitas dan
menjauhkan sifat-sifat egoisme.
- Mempersiapkan peserta didik agar dapat membela dirinya sendiri dan dapat \
melindungi orang lain yang membutuhkan.
- Mempersiapkan generasi muda untuk terus melestarikan kebudayaan sendiri.
- Mempersiapkan peserta didik dalam mewakili sekolah untuk mengikuti kejuaraan
Pencak Silat.

h. Rebana
- Memupuk dan mengembangkan bakat peserta didik di bidang seni rebana.
- Memberikan bekal kepada generasi muda untuk terus melestarikan kebudayaan
Islam melalui seni rebana.
- Mempersiapkan sekolah agar memiliki Group Seni Rebana untuk ditampilkan pada
acara-acara seremonial baik di tingkat kelurahan maupun kecamatan.
- Mempersiapkan Group Seni Rebana untuk mengikuti festival rebana di tingkat
kecamatan maupun kabupaten.

i. Seni Baca Tulis Al Qur’an
- Memupuk dan mengembangkan bakat peserta didik di bidang Seni Baca dan Tulis Al
Qur’an.
- Meningkatkan iman dan taqwa.
- Mempersiapkan peserta didik di masa mendatang untuk berprestasi di bidang Seni
Baca Al Qur’an.
- Menyiapkan Tim Sekolah untuk mengikuti MTQ di tingkat Kabupaten

3.3.3. Pengayaan
a. Program Remedial
- Melatih peserta didik melalui pengayaan, pendalaman materi-materi mata
pelajaran untuk mencapai prestasi yang lebih baik.
- Dilaksanakan secara insidental 1 minggu setelah Ulangan Akhir Semester

b. Les Kelas IX
- Melatih peserta didik agar siap menghadapi ujian nasional
- Meningkatkan prestasi peserta didik agar dapat melanjutkan ke jenjang sekolah
yang lebih tinggi

c. Pekan Mapelnas Kelas IX
- Melatih siswa menelaah SKL
- Melatih siswa agar siap menghadapi ujian nasional
- Dilaksanakan 1 minggu menjelang UN

d. Pekan Mapel US Kelas IX
- Mempersiapkan siswa dalam menghadapi Ujian Sekolah
- Dilaksanakan 1 minggu menjelang US


3.3.4. Mekanisme Pelaksanaan

a. Kegiatan dilaksanakan di dalam dan di luar jam pelajaran (ekstrakurikuler) dan
dibina oleh tenaga pendidik dan atau tenaga kependidikan yang kompeten.
b. Jadwal Kegiatan :

No Jenis Kegiatan Hari Waktu Alokasi Waktu
1 Pelayanan Konseling 2 x 40’
2 Pramuka Jum’at 14.00 – 15.20 2 x 40’
3 PMR 2 x 40’
4 PKS 2 x 40’
5 KIR 2 x 40’
6 Bola Basket 2 x 40’
7 Bola Voli 2 x 40’
8 Sepak Bola 2 x 40’
9 Pencak Silat 2 x 40’
10 Rebana 2 x 40’
13 Seni Tari 2 x 40’
14 Seni Baca Tulis Al Qur’an 2 x 40’
16 Program Remedial 2 x 40’
17 Les Persiapan Ujian Kelas IX 2 x 40’


c. Penilaian.

Kegiatan pengembangan diri terprogram dinilai dan dilaporkan kepada Kepala Sekolah serta orang tua/wali peserta didik. Nilai akhir berupa Nilai Kwalitatif dengan katagori sebagai berikut:

A = Sangat Baik
B = Baik
C = Cukup
D = Kurang

3.3. Kegiatan Pengembangan Diri Tidak Terprogram di SMP Negeri 1 Ambal.

3.4.1. Jenis kegiatan pengembangan diri tidak terprogram adalah sebagai berikut:

1. Upacara
Menanamkan sikap cinta tanah air, semangat patriotisme dan kebanggaan
sebagai warga negara Indonesia.
2. Sholat Berjamaah
Melatih siswa untuk selalu melaksanakan kewajibannya sebagai makhluk yang telah
diberi nikmat berupa kehidupan dan kesehatan serta menanamkan semangat ukhuwah
Islamiah.
3. Peringatan Hari Besar Islam
Melatih siswa untuk mengelola acara keagaman melalui partisipasinya dalam
kepanitiaan serta untuk mempertebal solidaritas dan ukhuwah Islamiah
4. Kerja Bakti
Melatih siswa agar dapat bekerjasama dan memiliki sikap toleransi terhadap
lingkungan.
5. Kedisiplinan Berseragam
Melatih siswa agar tampil rapi dan belajar mematuhi norma sesuai situasi.
6. Budaya Kebersihan
Melatih siswa untuk hidup sehat dan bersih.
7. Memberi Salam
Melatih siswa bersikap sopan santun, menghargai orang lain dan jauh dari egoisme.
8. Kehadiran Siswa
Melatih siswa agar bersikap jujur, terbuka dan bertanggunjawab ditunjukkan
dengan kebiasaan minta ijin atau memberitahukan jika tidak masuk maupun
terlambat masuk kelas.

3.4.2. Pelaksanaan

No. Jenis Pengembangan Diri Waktu Pelaksanaan
1 Upacara Bendera Setiap hari Senin
2 Sholat Berjamaah Setiap Sholat Dhuhur
3 PHBI Nuzulul Qur’an, Maulud Nabi, Isro’ Mi’roj
4 Kedisiplinan Berseragam Setiap hari sekolah
5 Budaya Kebersihan Setiap hari
6 Memberi Salam Setiap saat berjumpa dengan orang lain
7 Kehadiran siswa Setiap hari




MENGETAHUI : Ambal, 30 Juni 2010
Kepala SMP Negeri 1 Ambal Koordinator BK,


TTD TTD

Drs. SLAMET MUJIONO Dra. TUTI ANDARWATI
NIP. 132087498 NIP. 131910040