Mengantisipasi Kegagalan UN

Senin, 14 Februari 2011

SEJARAH AL-BARZANJI

Al-Barzanji atau Berzanji adalah suatu do’a-do’a, puji-pujian dan penceritaan riwayat Nabi Muhammad saw yang biasa dilantunkan dengan irama atau nada. Isi Berzanji bertutur tentang kehidupan Nabi Muhammad saw yakni silsilah keturunannya, masa kanak-kanak, remaja, dewasa, hingga diangkat menjadi rasul. Didalamnya juga mengisahkan sifat-sifat mulia yang dimiliki Nabi Muhammad serta berbagai peristiwa untuk dijadikan teladan umat manusia.
Nama Barzanji diambil dari nama pengarangnya, seorang sufi bernama Syaikh Ja’far bin Husin bin Abdul Karim bin Muhammad Al – Barzanji. Beliau adalah pengarang kitab Maulid yang termasyur dan terkenal dengan nama Mawlid Al-Barzanji. Karya tulis tersebut sebenarnya berjudul ‘Iqd Al-Jawahir (kalung permata) atau ‘Iqd Al-Jawhar fi Mawlid An-Nabiyyil Azhar. Barzanji sebenarnya adalah nama sebuah tempat di Kurdistan, Barzanj. Nama Al-Barzanji menjadi populer tahun 1920-an ketika Syaikh Mahmud Al-Barzanji memimpin pemberontakan nasional Kurdi terhadap Inggris yang pada waktu itu menguasai Irak.
Kitab Maulid Al-Barzanji karangan beliau ini termasuk salah satu kitab maulid yang paling populer dan paling luas tersebar ke pelosok negeri Arab dan Islam, baik Timur maupun Barat. Bahkan banyak kalangan Arab dan non-Arab yang menghafalnya dan mereka membacanya dalam acara-acara keagamaan yang sesuai. Kandungannya merupakan Khulasah (ringkasan) Sirah Nabawiyah yang meliputi kisah kelahiran beliau, pengutusannya sebagai rasul, hijrah, akhlaq, peperangan hingga wafatnya. Syaikh Ja’far Al-Barzanji dilahirkan pada hari Kamis awal bulan Zulhijjah tahun 1126 di Madinah Al-Munawwaroh dan wafat pada hari Selasa, selepas Asar, 4 Sya’ban tahun 1177 H di Kota Madinah dan dimakamkan di Jannatul Baqi`, sebelah bawah maqam beliau dari kalangan anak-anak perempuan Junjungan Nabi saw.
Sayyid Ja’far Al-Barzanji adalah seorang ulama’ besar keturunan Nabi Muhammad saw dari keluarga Sa’adah Al Barzanji yang termasyur, berasal dari Barzanj di Irak. Datuk-datuk Sayyid Ja’far semuanya ulama terkemuka yang terkenal dengan ilmu dan amalnya, keutamaan dan keshalihannya. Beliau mempunyai sifat dan akhlak yang terpuji, jiwa yang bersih, sangat pemaaf dan pengampun, zuhud, amat berpegang dengan Al-Quran dan Sunnah, wara’, banyak berzikir, sentiasa bertafakkur, mendahului dalam membuat kebajikan bersedekah,dan pemurah.
Nama nasabnya adalah Sayid Ja’far ibn Hasan ibn Abdul Karim ibn Muhammad ibn Sayid Rasul ibn Abdul Sayid ibn Abdul Rasul ibn Qalandar ibn Abdul Sayid ibn Isa ibn Husain ibn Bayazid ibn Abdul Karim ibn Isa ibn Ali ibn Yusuf ibn Mansur ibn Abdul Aziz ibn Abdullah ibn Ismail ibn Al-Imam Musa Al-Kazim ibn Al-Imam Ja’far As-Sodiq ibn Al-Imam Muhammad Al-Baqir ibn Al-Imam Zainal Abidin ibn Al-Imam Husain ibn Sayidina Ali r.a.
Semasa kecilnya beliau telah belajar Al-Quran dari Syaikh Ismail Al-Yamani, dan belajar tajwid serta membaiki bacaan dengan Syaikh Yusuf As-So’idi dan Syaikh Syamsuddin Al-Misri.Antara guru-guru beliau dalam ilmu agama dan syariat adalah : Sayid Abdul Karim Haidar Al-Barzanji, Syeikh Yusuf Al-Kurdi, Sayid Athiyatullah Al-Hindi. Sayid Ja’far Al-Barzanji telah menguasai banyak cabang ilmu, antaranya: Shoraf, Nahwu, Manthiq, Ma’ani, Bayan, Adab, Fiqh, Usulul Fiqh, Faraidh, Hisab, Usuluddin, Hadits, Usul Hadits, Tafsir, Hikmah, Handasah, A’rudh, Kalam, Lughah, Sirah, Qiraat, Suluk, Tasawuf, Kutub Ahkam, Rijal, Mustholah.
Syaikh Ja’far Al-Barzanji juga seorang Qodhi (hakim) dari madzhab Maliki yang bermukim di Madinah, merupakan salah seorang keturunan (buyut) dari cendekiawan besar Muhammad bin Abdul Rasul bin Abdul Sayyid Al-Alwi Al-Husain Al-Musawi Al-Saharzuri Al-Barzanji (1040-1103 H / 1630-1691 M), Mufti Agung dari madzhab Syafi’i di Madinah. Sang mufti (pemberi fatwa) berasal dari Shaharzur, kota kaum Kurdi di Irak, lalu mengembara ke berbagai negeri sebelum bermukim di Kota Sang Nabi. Di sana beliau telah belajar dari ulama’-ulama’ terkenal, diantaranya Syaikh Athaallah ibn Ahmad Al-Azhari, Syaikh Abdul Wahab At-Thanthowi Al-Ahmadi, Syaikh Ahmad Al-Asybuli. Beliau juga telah diijazahkan oleh sebahagian ulama’, antaranya : Syaikh Muhammad At-Thoyib Al-Fasi, Sayid Muhammad At-Thobari, Syaikh Muhammad ibn Hasan Al A’jimi, Sayid Musthofa Al-Bakri, Syaikh Abdullah As-Syubrawi Al-Misri.
Syaikh Ja’far Al-Barzanji, selain dipandang sebagai mufti, beliau juga menjadi khatib di Masjid Nabawi dan mengajar di dalam masjid yang mulia tersebut. Beliau terkenal bukan saja karena ilmu, akhlak dan taqwanya, tapi juga dengan kekeramatan dan kemakbulan doanya. Penduduk Madinah sering meminta beliau berdo’a untuk hujan pada musim-musim kemarau.
Historisitas Al-Barzanji tidak dapat dipisahkan dengan momentum besar perihal peringatan maulid Nabi Muhammad saw untuk yang pertama kali. Maulid Nabi atau hari kelahiran Nabi Muhammad saw pada mulanya diperingati untuk membangkitkan semangat umat Islam. Sebab waktu itu umat Islam sedang berjuang keras mempertahankan diri dari serangan tentara salib Eropa, yakni dari Prancis, Jerman, dan Inggris.
Kita mengenal itu sebagai Perang Salib atau The Crusade. Pada tahun 1099 M tentara salib telah berhasil merebut Yerusalem dan menyulap Masjidil Aqsa menjadi gereja. Umat Islam saat itu kehilangan semangat perjuangan dan persaudaraan ukhuwah. Secara politis memang umat Islam terpecah-belah dalam banyak kerajaan dan kesultanan. Meskipun ada satu khalifah tetap satu dari Dinasti Bani Abbas di kota Baghdad sana, namun hanya sebagai lambang persatuan spiritual.
Adalah Sultan Salahuddin Yusuf Al-Ayyubi -dalam literatur sejarah Eropa dikenal dengan nama Saladin, seorang pemimpin yang pandai mengena hati rakyat jelata. Salahuddin memerintah para tahun 1174-1193 M atau 570-590 H pada Dinasti Bani Ayyub- katakanlah dia setingkat Gubernur. Meskipun Salahuddin bukan orang Arab melainkan berasal dari suku Kurdi, pusat kesultanannya berada di kota Qahirah (Kairo), Mesir, dan daerah kekuasaannya membentang dari Mesir sampai Suriah dan Semenanjung Arabia. Menurut Salahuddin, semangat juang umat Islam harus dihidupkan kembali dengan cara mempertebal kecintaan umat kepada Nabi mereka. Salahuddin mengimbau umat Islam di seluruh dunia agar hari lahir Nabi Muhammad SAW, yang setiap tahun berlalu begitu saja tanpa diperingati, kini harus dirayakan secara massal.
Sebenarnya hal itu bukan gagasan murni Salahuddin, melainkan usul dari iparnya, Muzaffaruddin Gekburi yang menjadi Atabeg (setingkat Bupati) di Irbil, Suriah Utara. Untuk mengimbangi maraknya peringatan Natal oleh umat Nasrani, Muzaffaruddin di istananya sering menyelenggarakan peringatan maulid nabi, cuma perayaannya bersifat lokal dan tidak setiap tahun. Adapun Salahuddin ingin agar perayaan maulid nabi menjadi tradisi bagi umat Islam di seluruh dunia dengan tujuan meningkatkan semangat juang, bukan sekadar perayaan ulang tahun biasa.
Ketika Salahuddin meminta persetujuan dari Khalifah di Baghdad yakni An-Nashir, ternyata Khalifah setuju. Maka pada musim ibadah haji bulan Dzulhijjah 579 H / 1183 M, Salahuddin sebagai penguasa Haramain (dua tanah suci, Mekah dan Madinah) mengeluarkan instruksi kepada seluruh jemaah haji, agar jika kembali ke kampung halaman masing-masing segera menyosialkan kepada masyarakat Islam di mana saja berada, bahwa mulai tahun 580 / 1184 M tanggal 12 Rabiul Awal dirayakan sebagai hari Maulid Nabi dengan berbagai kegiatan yang membangkitkan semangat umat Islam.
Pada mulanya gagasan Salahuddin ditentang oleh para ulama. Sebab sejak zaman Nabi peringatan seperti itu tidak pernah ada. Lagi pula hari raya resmi menurut ajaran agama cuma ada dua, yaitu Idul Fitri dan Idul Adha. Akan tetapi Salahuddin kemudian menegaskan bahwa perayaan Maulid Nabi hanyalah kegiatan yang menyemarakkan syiar agama, bukan perayaan yang bersifat ritual, sehingga tidak dapat dikategorikan bid`ah yang terlarang.
Salah satu kegiatan yang di prakarsai oleh Sultan Salahuddin pada peringatan Maulid Nabi yang pertama kali tahun 1184 (580 H) adalah menyelenggarakan sayembara penulisan riwayat Nabi beserta puji-pujian bagi Nabi dengan bahasa yang seindah mungkin. Seluruh ulama dan sastrawan diundang untuk mengikuti kompetisi tersebut. Pemenang yang menjadi juara pertama adalah Syaikh Ja`far Al-Barzanji.
Ternyata peringatan Maulid Nabi yang diselenggarakan Sultan Salahuddin itu membuahkan hasil yang positif. Semangat umat Islam menghadapi Perang Salib bergelora kembali. Salahuddin berhasil menghimpun kekuatan, sehingga pada tahun 1187 (583 H) Yerusalem direbut oleh Salahuddin dari tangan bangsa Eropa, dan Masjidil Aqsa menjadi masjid kembali, sampai hari ini.
Kitab Al-Barzanji ditulis dengan tujuan untuk meningkatkan kecintaan kepada Rasulullah SAW dan meningkatkan gairah umat. Dalam kitab itu riwayat Nabi saw dilukiskan dengan bahasa yang indah dalam bentuk puisi dan prosa (nasr) dan kasidah yang sangat menarik. Secara garis besar, paparan Al-Barzanji dapat diringkas sebagai berikut: (1) Sislilah Nabi adalah: Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muttalib bin Hasyim bin Abdul Manaf bin Qusay bin Kitab bin Murrah bin Fihr bin Malik bin Nadar bin Nizar bin Maiad bin Adnan. (2) Pada masa kecil banyak kelihatan luar biasa pada dirinya. (3) Berniaga ke Syam (Suraih) ikut pamannya ketika masih berusia 12 tahun. (4) Menikah dengan Khadijah pada usia 25 tahun. (5) Diangkat menjadi Rasul pada usia 40 tahun, dan mulai menyiarkan agama sejak saat itu hingga umur 62 tahun. Rasulullah meninggal di Madinah setelah dakwahnya dianggap telah sempurna oleh Allah SWT.
Dalam Barzanji diceritakan bahwa kelahiran kekasih Allah ini ditandai dengan banyak peristiwa ajaib yang terjadi saat itu, sebagai genderang tentang kenabiannya dan pemberitahuan bahwa Nabi Muhammad adalah pilihan Allah. Saat Nabi Muhammad dilahirkan tangannya menyentuh lantai dan kepalanya mendongak ke arah langit, dalam riwayat yang lain dikisahkan Muhammad dilahirkan langsung bersujud, pada saat yang bersamaan itu pula istana Raja Kisrawiyah retak terguncang hingga empat belas berandanya terjatuh. Maka, Kerajaan Kisra pun porak poranda. Bahkan, dengan lahirnya Nabi Muhammad ke muka bumi mampu memadamkan api sesembahan Kerajaan Persi yang diyakini tak bisa dipadamkan oleh siapapun selama ribuan tahun.
Keagungan akhlaknya tergambarkan dalam setiap prilaku beliau sehari-hari. Sekitar umur tiga puluh lima tahun, beliau mampu mendamaikan beberapa kabilah dalam hal peletakan batu Hajar Aswad di Ka’bah. Di tengah masing-masing kabilah yang bersitegang mengaku dirinya yang berhak meletakkan Hajar Aswad, Rasulullah tampil justru tidak mengutamakan dirinya sendiri, melainkan bersikap akomodatif dengan meminta kepada setiap kabilah untuk memegang setiap ujung sorban yang ia letakan di atasnya Hajar Aswad. Keempat perwakilan kabilah itu pun lalu mengangkat sorban berisi Hajar Aswad, dan Rasulullah kemudian mengambilnya lalu meletakkannya di Ka’bah.
Kisah lain yang juga bisa dijadikan teladan adalah pada suatu pengajian seorang sahabat datang terlambat, lalu ia tidak mendapati ruang kosong untuk duduk. Bahkan, ia minta kepada sahabat yang lain untuk menggeser tempat duduknya, namun tak ada satu pun yang mau. Di tengah kebingungannya, Rasulullah saw memanggil sahabat tersebut dan memintanya duduk di sampingnya.. Tidak hanya itu, Rasul kemudian melipat sorbannya lalu memberikannya pada sahabat tersebut untuk dijadikan alas tempat duduk. Melihat keagungan akhlak Nabi Muhammad, sahabat tersebut dengan berlinangan air mata lalu menerima sorban tersebut namun tidak menjadikannya alas duduk, tetapi justru mencium sorban Nabi Muhammad saw tersebut.
Bacaan shalawat dan pujian kepada Rasulullah bergema saat kita membacakan Barzanji di acara peringatan maulid Nabi Mauhammad saw, Ya Nabi salâm ‘alaika, Ya Rasûl salâm ‘alaika, Ya Habîb salâm ‘alaika, ShalawatulLâh ‘alaika… (Wahai Nabi salam untukmu, Wahai Rasul salam untukmu, Wahai Kekasih salam untukmu, Shalawat Allah kepadamu…)
Kemudian, apa tujuan dari peringatan maulid Nabi dan bacaan shalawat serta pujian kepada Rasulullah? Dr. Sa’id Ramadlan Al-Bûthi menulis dalam Kitab Fiqh Al-Sîrah Al-Nabawiyyah: “Tujuannya tidak hanya untuk sekedar mengetahui perjalanan Nabi dari sisi sejarah saja. Tapi, agar kita mau melakukan tindakan aplikatif yang menggambarkan hakikat Islam yang paripurna dengan mencontoh Nabi Muhammad saw.”
Sarjana Jerman peneliti Islam, Annemarie Schimmel dalam bukunya, Dan Muhammad adalah Utusan Allah: Penghormatan terhadap Nabi saw dalam Islam (1991), , menerangkan bahwa teks asli karangan Ja’far Al-Barzanji, dalam bahasa Arab, sebetulnya berbentuk prosa. Namun, para penyair kemudian mengolah kembali teks itu menjadi untaian syair, sebentuk eulogy bagi Sang Nabi. Pancaran kharisma Nabi Muhammad saw terpantul pula dalam sejumlah puisi, yang termasyhur: Seuntai gita untuk pribadi utama, yang didendangkan dari masa ke masa.
Untaian syair itulah yang tersebar ke berbagai negeri di Asia dan Afrika, tak terkecuali Indonesia. Tidak tertinggal oleh umat Islam penutur bahasa Swahili di Afrika atau penutur bahasa Urdu di India, kita pun dapat membaca versi bahasa Indonesia dari syair itu, meski kekuatan puitis yang terkandung dalam bahasa Arab kiranya belum sepenuhnya terwadahi dalam bahasa kita sejauh ini.
Secara sederhana kita dapat mengatakan bahwa karya Ja’far Al-Barzanji merupakan biografi puitis Nabi Muhammad saw. Dalam garis besarnya, karya ini terbagi dua: ‘Natsar’ dan ‘Nadhom’. Bagian Natsar terdiri atas 19 sub bagian yang memuat 355 untaian syair, dengan mengolah bunyi “ah” pada tiap-tiap rima akhir. Seluruhnya menurutkan riwayat Nabi Muhammad saw, mulai dari saat-saat menjelang beliau dilahirkan hingga masa-masa tatkala paduka mendapat tugas kenabian. Sementara, bagian Nadhom terdiri atas 16 sub bagian yang memuat 205 untaian syair, dengan mengolah rima akhir “nun”.
Dalam untaian prosa lirik atau sajak prosaik itu, terasa betul adanya keterpukauan sang penyair oleh sosok dan akhlak Sang Nabi. Dalam bagian Nadhom misalnya, antara lain diungkapkan sapaan kepada Nabi pujaan” Engkau mentari, Engkau rebulan dan Engkau cahaya di atas cahaya“.
Di antara idiom-idiom yang terdapat dalam karya ini, banyak yang dipungut dari alam raya seperti matahari, bulan, purnama, cahaya, satwa, batu, dan lain-lain. Idiom-idiom seperti itu diolah sedemikian rupa, bahkan disenyawakan dengan shalawat dan doa, sehingga melahirkan sejumlah besar metafor yang gemilang. Silsilah Sang Nabi sendiri, misalnya, dilukiskan sebagai “Untaian Mutiara”.
Betapapun, kita dapat melihat teks seperti ini sebagai tutur kata yang lahir dari perspektif penyair. Pokok-pokok tuturannya sendiri, terutama menyangkut riwayat Sang Nabi, terasa berpegang erat pada Alquran, hadist, dan sirah nabawiyyah. Sang penyair kemudian mencurahkan kembali rincian kejadian dalam sejarah ke dalam wadah puisi, diperkaya dengan imajinasi puitis, sehingga pembaca dapat merasakan madah yang indah.
Salah satu hal yang mengagumkan sehubungan dengan karya Ja’far Al-Barzanji adalah kenyataan bahwa karya tulis ini tidak berhenti pada fungsinya sebagai bahan bacaan. Dengan segala potensinya, karya ini kiranya telah ikut membentuk tradisi dan mengembangkan kebudayaan sehubungan dengan cara umat Islam diberbagai negeri menghormati sosok dan perjuangan Nabi Muhammad saw.
Kitab Maulid Al-Barzanji ini telah disyarahkan oleh Al-’Allaamah Al-Faqih Asy-Syaikh Abu ‘Abdullah Muhammad bin Ahmad yang terkenal dengan panggilan Ba`ilisy yang wafat tahun 1299 H dengan satu syarah yang memadai, cukup elok dan bermanfaat yang dinamakan ‘Al-Qawl Al-Munji ‘ala Mawlid Al-Barzanji’ yang telah banyak kali diulang cetaknya di Mesir.
Di samping itu, telah disyarahkan pula oleh para ulama kenamaan umat ini. Antara yang masyhur mensyarahkannya ialah Syaikh Muhammad bin Ahmad ‘Ilyisy Al-Maaliki Al-’Asy’ari Asy-Syadzili Al-Azhari dengan kitab ’Al-Qawl Al-Munji ‘ala Maulid Al-Barzanji’. Beliau ini adalah seorang ulama besar keluaran Al-Azhar Asy-Syarif, bermazhab Maliki lagi Asy`ari dan menjalankan Thoriqah Asy-Syadziliyyah. Beliau lahir pada tahun 1217 H / 1802M dan wafat pada tahun 1299 H / 1882M.
Ulama kita kelahiran Banten, Pulau Jawa, yang terkenal sebagai ulama dan penulis yang produktif dengan banyak karangannya, yaitu Sayyidul Ulamail Hijaz, An-Nawawi Ats-Tsani, Syaikh Muhammad Nawawi Al-Bantani Al-Jawi turut menulis syarah yang lathifah bagi Maulid al-Barzanji dan karangannya itu dinamakannya ‘Madaarijush Shu`uud ila Iktisaail Buruud’. Kemudian, Sayyid Ja’far bin Sayyid Isma`il bin Sayyid Zainal ‘Abidin bin Sayyid Muhammad Al-Hadi bin Sayyid Zain yang merupakan suami kepada satu-satunya anak Sayyid Ja’far al-Barzanji, juga telah menulis syarah bagi Maulid Al-Barzanj tersebut yang dinamakannya ‘Al-Kawkabul Anwar ‘ala ‘Iqdil Jawhar fi Maulidin Nabiyil Azhar’. Sayyid Ja’far ini juga adalah seorang ulama besar keluaran Al-Azhar Asy-Syarif. Beliau juga merupakan seorang Mufti Syafi`iyyah. Karangan-karangan beliau banyak, antaranya: “Syawaahidul Ghufraan ‘ala Jaliyal Ahzan fi Fadhaail Ramadhan”, “Mashaabiihul Ghurar ‘ala Jaliyal Kadar” dan “Taajul Ibtihaaj ‘ala Dhauil Wahhaaj fi Israa` wal Mi’raaj”. Beliau juga telah menulis sebuah manaqib yang menceritakan perjalanan hidup dan ketinggian nendanya Sayyid Ja’far Al-Barzanji dalam kitabnya “Ar-Raudhul A’thar fi Manaqib As-Sayyid Ja’far”.
Kitab Al-Barzanji dalam bahasa aslinya (Arab) dibacakan dalam berbagai macam lagu; rekby (dibaca perlahan), hejas (dibaca lebih keras dari rekby ), ras (lebih tinggi dari nadanya dengan irama yang beraneka ragam), husein (memebacanya dengan tekanan suara yang tenang), nakwan membaca dengan suara tinggi tapi nadanya sama dengan nada ras, dan masyry, yaitu dilagukan dengan suara yang lembut serta dibarengi dengan perasaan yang dalam
Di berbagai belahan Dunia Islam, syair Barzanji lazimnya dibacakan dalam kesempatan memeringati hari kelahiran Sang Nabi. Dengan mengingat-ingat riwayat Sang Nabi, seraya memanjatkan shalawat serta salam untuknya, orang berharap mendapat berkah keselamatan, kesejahteraan, dan ketenteraman. Sudah lazim pula, tak terkecuali di negeri kita, syair Barzanji didendangkan – biasanya, dalam bentuk standing ovation – dikala menyambut bayi yang baru lahir dan mencukur rambutnya.
Pada perkembangan berikutnya, pembacaan Barzanji dilakukan di berbagai kesempatan sebagai sebuah pengharapan untuk pencapaian sesuatu yang lebih baik. Misalnya pada saat kelahiran bayi, upacara pemberian nama, mencukur rambut bayi, aqiqah, khitanan, pernikahan, syukuran, kematian (haul), serta seseorang yang berangkat haji dan selama berada disana. Ada juga yang hanya membaca Barzanji dengan berbagai kegiatan keagamaan, seperti penampilan kesenian hadhrah, pengumuman hasil berbagai lomba, dan lain-lain, dan puncaknya ialah mau’idhah hasanah dari para muballigh atau da’i.
Kini peringatan Maulid Nabi sangat lekat dengan kehidupan warga Nahdlatul Ulama (NU). Hari Senin tanggal 12 Rabi’ul Awal kalender hijriyah (Maulud). Acara yang disuguhkan dalam peringatan hari kelahiran Nabi ini amat variatif, dan kadang diselenggarakan sampai hari-hari bulan berikutnya, bulan Rabius Tsany (Bakda Mulud). Ada yang hanya mengirimkan masakan-masakan spesial untuk dikirimkan ke beberapa tetangga kanan dan kiri, ada yang menyelenggarakan upacara sederhana di rumah masing-masing, ada yang agak besar seperti yang diselenggarakan di mushala dan masjid-masjid, bahkan ada juga yang menyelenggarakan secara besar-besaran, dihadiri puluhan ribu umat Islam.
Para ulama NU memandang peringatan Maulid Nabi ini sebagai bid’ah atau perbuatan yang di zaman Nabi tidak ada, namun termasuk bid’ah hasanah (bid’ah yang baik) yang diperbolehkan dalam Islam. Banyak memang amalan seorang muslim yang pada zaman Nabi tidak ada namun sekarang dilakukan umat Islam, antara lain: berzanjen, diba’an, yasinan, tahlilan (bacaan Tahlilnya, misalnya, tidak bid’ah sebab Rasulullah sendiri sering membacanya), mau’idhah hasanah pada acara temanten dan mauludan.
Dalam ‘Madarirushu’ud Syarhul’ Barzanji dikisahkan, Rasulullah SAW bersabda: “Siapa menghormati hari lahirku, tentu aku berikan syafa’at kepadanya di hari kiamat.” Sahabat Umar bin Khattab secara bersemangat mengatakan: “Siapa yang menghormati hari lahir Rasulullah sama artinya dengan menghidupkan Islam!”
*) Diambil dari berbagai sumber

PACARAN MENURUT PANDANGAN ISLAM

Cinta kepada lain jenis merupakan hal yang fitrah bagi manusia. Karena sebab cintalah, keberlangsungan hidup manusia bisa terjaga. Oleh sebab itu, Allah Ta’ala menjadikan wanita sebagai perhiasan dunia dan kenikmatan bagi penghuni surga. Islam sebagai agama yang sempurna juga telah mengatur bagaimana menyalurkan fitrah cinta tersebut dalam syariatnya yang rahmatan lil ‘alamin. Namun, bagaimanakah jika cinta itu disalurkan melalui cara yang tidak syar`i? Fenomena itulah yang melanda hampir sebagian besar anak muda saat ini. Penyaluran cinta ala mereka biasa disebut dengan pacaran. Berikut adalah beberapa tinjauan syari’at Islam mengenai pacaran.

Islam Memerintahkan untuk Menundukkan Pandangan

Allah memerintahkan kaum muslimin untuk menundukkan pandangan ketika melihat lawan jenis. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Katakanlah kepada laki–laki yang beriman : ”Hendaklah mereka menundukkan pandangannya dan memelihara kemaluannya.” (QS. An Nuur [24]: 30 )
Dalam lanjutan ayat ini, Allah juga berfirman, “Katakanlah kepada wanita-wanita yang beriman : “Hendaklah mereka menundukkan pandangannya, dan kemaluannya” (QS. An Nuur [24]: 31)

Ibnu Katsir ketika menafsirkan ayat pertama di atas mengatakan, ”Ayat ini merupakan perintah Allah Ta’ala kepada hamba-Nya yang beriman untuk menundukkan pandangan mereka dari hal-hal yang haram. Janganlah mereka melihat kecuali pada apa yang dihalalkan bagi mereka untuk dilihat (yaitu pada istri dan mahromnya). Hendaklah mereka juga menundukkan pandangan dari hal-hal yang haram. Jika memang mereka tiba-tiba melihat sesuatu yang haram itu dengan tidak sengaja, maka hendaklah mereka memalingkan pandangannya dengan segera.”

Ketika menafsirkan ayat kedua di atas, Ibnu Katsir juga mengatakan, ”Firman Allah (yang artinya) ‘katakanlah kepada wanita-wanita yang beriman : hendaklah mereka menundukkan pandangan mereka’ yaitu hendaklah mereka menundukkannya dari apa yang Allah haramkan dengan melihat kepada orang lain selain suaminya. Oleh karena itu, mayoritas ulama berpendapat bahwa tidak boleh seorang wanita melihat laki-laki lain (selain suami atau mahromnya, pen) baik dengan syahwat dan tanpa syahwat. … Sebagian ulama lainnya berpendapat tentang bolehnya melihat laki-laki lain dengan tanpa syahwat.”

Lalu bagaimana jika kita tidak sengaja memandang lawan jenis?
Dari Jarir bin Abdillah, beliau mengatakan, “Aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang pandangan yang cuma selintas (tidak sengaja). Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kepadaku agar aku segera memalingkan pandanganku.” (HR. Muslim no. 5770)

Faedah dari menundukkan pandangan, sebagaimana difirmankan Allah dalam surat An Nur ayat 30 (yang artinya) “yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka” yaitu dengan menundukkan pandangan akan lebih membersihkan hati dan lebih menjaga agama orang-orang yang beriman. Inilah yang dikatakan oleh Ibnu Katsir –semoga Allah merahmati beliau- ketika menafsirkan ayat ini. –Semoga kita dimudahkan oleh Allah untuk menundukkan pandangan sehingga hati dan agama kita selalu terjaga kesuciannya-

Agama Islam Melarang Berduaan dengan Lawan Jenis

Dari Ibnu Abbas, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah seorang laki-laki berduaan dengan seorang wanita kecuali jika bersama mahromnya.” (HR. Bukhari, no. 5233)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah seorang laki-laki berduaan dengan seorang wanita yang tidak halal baginya karena sesungguhnya syaithan adalah orang ketiga di antara mereka berdua kecuali apabila bersama mahromnya.” (HR. Ahmad no. 15734. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan hadits ini shohih ligoirihi)

Jabat Tangan dengan Lawan Jenis Termasuk yang Dilarang

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu , Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Setiap anak Adam telah ditakdirkan bagian untuk berzina dan ini suatu yang pasti terjadi, tidak bisa tidak. Zina kedua mata adalah dengan melihat. Zina kedua telinga dengan mendengar. Zina lisan adalah dengan berbicara. Zina tangan adalah dengan meraba (menyentuh). Zina kaki adalah dengan melangkah. Zina hati adalah dengan menginginkan dan berangan-angan. Lalu kemaluanlah yang nanti akan membenarkan atau mengingkari yang demikian.” (HR. Muslim no. 6925)

Jika kita melihat pada hadits di atas, menyentuh lawan jenis -yang bukan istri atau mahrom- diistilahkan dengan berzina. Hal ini berarti menyentuh lawan jenis adalah perbuatan yang haram karena berdasarkan kaedah ushul “apabila sesuatu dinamakan dengan sesuatu lain yang haram, maka menunjukkan bahwa perbuatan tersebut adalah haram”. (Lihat Taysir Ilmi Ushul Fiqh, Abdullah bin Yusuf Al Juda’i)

Meninjau Fenomena Pacaran

Setelah pemaparan kami di atas, jika kita meninjau fenomena pacaran saat ini pasti ada perbuatan-perbuatan yang dilarang di atas. Kita dapat melihat bahwa bentuk pacaran bisa mendekati zina. Semula diawali dengan pandangan mata terlebih dahulu. Lalu pandangan itu mengendap di hati. Kemudian timbul hasrat untuk jalan berdua. Lalu berani berdua-duan di tempat yang sepi. Setelah itu bersentuhan dengan pasangan. Lalu dilanjutkan dengan ciuman. Akhirnya, sebagai pembuktian cinta dibuktikan dengan berzina. –Naudzu billahi min dzalik-. Lalu pintu mana lagi paling lebar dan paling dekat dengan ruang perzinaan melebihi pintu pacaran?!

Mungkinkah ada pacaran Islami? Sungguh, pacaran yang dilakukan saat ini bahkan yang dilabeli dengan ’pacaran Islami’ tidak mungkin bisa terhindar dari larangan-larangan di atas. Renungkanlah hal ini!

Mustahil Ada Pacaran Islami

Salah seorang dai terkemuka pernah ditanya, ”Ngomong-ngomong, dulu bapak dengan ibu, maksudnya sebelum nikah, apa sempat berpacaran?”
Dengan diplomatis, si dai menjawab,”Pacaran seperti apa dulu? Kami dulu juga berpacaran, tapi berpacaran secara Islami. Lho, gimana caranya? Kami juga sering berjalan-jalan ke tempat rekreasi, tapi tak pernah ngumpet berduaan. Kami juga gak pernah melakukan yang enggak-enggak, ciuman, pelukan, apalagi –wal ‘iyyadzubillah- berzina.

Nuansa berpikir seperti itu, tampaknya bukan hanya milik si dai. Banyak kalangan kaum muslimin yang masih berpandangan, bahwa pacaran itu sah-sah saja, asalkan tetap menjaga diri masing-masing. Ungkapan itu ibarat kalimat, “Mandi boleh, asal jangan basah.” Ungkapan yang hakikatnya tidak berwujud. Karena berpacaran itu sendiri, dalam makna apapun yang dipahami orang-orang sekarang ini, tidaklah dibenarkan dalam Islam. Kecuali kalau sekedar melakukan nadzar (melihat calon istri sebelum dinikahi, dengan didampingi mahramnya), itu dianggap sebagai pacaran. Atau setidaknya, diistilahkan demikian. Namun itu sungguh merupakan perancuan istilah. Istilah pacaran sudah kadong dipahami sebagai hubungan lebih intim antara sepasang kekasih, yang diaplikasikan dengan jalan bareng, jalan-jalan, saling berkirim surat, ber SMS ria, dan berbagai hal lain, yang jelas-jelas disisipi oleh banyak hal-hal haram, seperti pandangan haram, bayangan haram, dan banyak hal-hal lain yang bertentangan dengan syariat. Bila kemudian ada istilah pacaran yang Islami, sama halnya dengan memaksakan adanya istilah, meneggak minuman keras yang Islami. Mungkin, karena minuman keras itu di tenggak di dalam masjid. Atau zina yang Islami, judi yang Islami, dan sejenisnya. Kalaupun ada aktivitas tertentu yang halal, kemudian di labeli nama-nama perbuatan haram tersebut, jelas terlalu dipaksakan, dan sama sekali tidak bermanfaat.

Pacaran Terbaik adalah Setelah Nikah

Islam yang sempurna telah mengatur hubungan dengan lawan jenis. Hubungan ini telah diatur dalam syariat suci yaitu pernikahan. Pernikahan yang benar dalam Islam juga bukanlah yang diawali dengan pacaran, tapi dengan mengenal karakter calon pasangan tanpa melanggar syariat. Melalui pernikahan inilah akan dirasakan percintaan yang hakiki dan berbeda dengan pacaran yang cintanya hanya cinta bualan.

Dari Ibnu Abbas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Kami tidak pernah mengetahui solusi untuk dua orang yang saling mencintai semisal pernikahan.” (HR. Ibnu Majah no. 1920. Dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani)
Kalau belum mampu menikah, tahanlah diri dengan berpuasa. Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang mampu untuk menikah, maka menikahlah. Karena itu lebih akan menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Barangsiapa yang belum mampu, maka berpuasalah karena puasa itu bagaikan kebiri.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Ibnul Qayyim berkata, ”Hubungan intim tanpa pernikahan adalah haram dan merusak cinta, malah cinta di antara keduanya akan berakhir dengan sikap saling membenci dan bermusuhan, karena bila keduanya telah merasakan kelezatan dan cita rasa cinta, tidak bisa tidak akan timbul keinginan lain yang belum diperolehnya.”

Cinta sejati akan ditemui dalam pernikahan yang dilandasi oleh rasa cinta pada-Nya. Mudah-mudahan Allah memudahkan kita semua untuk menjalankan perintah-Nya serta menjauhi larangan-Nya. Allahumma inna nas’aluka ’ilman nafi’a wa rizqon thoyyiban wa ’amalan mutaqobbbalan. [Muhammad Abduh Tuasikal]

SUKSES UJIAN NASIONAL

Pada umumnya, jika orang mendengar kata ujian atau akan menghadapi ujian, seperti mau perang saja. Panik. Atau seperti menghadapi momok yang sangat menakutkan dan menyeramkan sekali. Apalagi, menjelang ujian belum mempunyai persiapan yang matang. Mungkin Anda pun akan mengalami kepanikan luar biasa, begitu jadwal ujian sudah mepet di depan mata. Anda menjadi tegang dan tidak tahu mana lagi yang harus didahulukan untuk dipelajari.
Menelaah ketakutan yang menghantui orang yang hendak mengikuti ujian dapat disebabkan oleh beberapa faktor dan pengaruh psikologis dari dalam diri sendirinya, seperti antara lain:
Tidak memiliki percaya diri.
Tidak memiliki kemampuan dalam cara-cara belajar yang baik.
Tidak memiliki indikator-indikator belajar yang jelas.
Tidak cukup memiliki minat belajar.
Kurang mempersiapkan diri untuk ujian.
Belajar tidak teratur dan tidak disiplin.
Tidak memiliki kecakapan dalam menghadapi ujian.
Kebiasaan buruk sebahagian orang suka menunda-nunda waktu belajar. Mungkin Anda pun melakukannya juga. Belajar baru dilakukan di saat menjelang ujian, misalnya kurang dari seminggu. Belajar instan atau belajar kilat pun langsung mereka pergunakan. Yang menjadi masalah, mungkinkah belajar instan dapat masuk ke dalam otak seluruh materi pelajaran dari beberapa mata pelajaran? Belajar instan atau belajar mati-matian untuk semua mata pelajaran, jelaslah tidak mungkin dapat menguasai materi pelajaran. Betapa pun keras seseorang belajar.
Bahkan, kemungkinan lain dengan belajar instan bukannya pelajaran yang didapat, tetapi penyakit yang diperoleh. Sebab, belajar instan menuntut pengerahan energi psikis dan fisik yang dipaksakan karena termotivasi untuk menguasai materi pelajaran dalam waktu singkat. Mengingat waktu kian mepet, membuat perasaan tak enak dan gelisah serta menimbulkan ketegangan-ketegangan emosional dalam belajar, sehingga perhatian dan pikiran sangat sulit untuk memfokuskan pada satu masalah atau pokok bahasan. Pikiran yang tak fokus dan terburu-buru memberi dampak tekanan psikologis dan otot-otot pun mengalami ketegangan yang dipaksakan. Sehari mungkin seseorang masih kuat, tetapi jika dua-tiga hari akan jatuh sakit dan mengalami tekanan mental. Orang yang sedang sakit atau mengalami tekanan mental, maka dirinya tak mampu mengerahkan kemampuannya yang tinggal terbatas itu untuk bisa memaksimalkan kemampuannya dalam mengikuti ujian. Bahkan, tekanan mental yang dialami itu justru menjadi penghambat kemampuan bernalarnya, sehingga dirinya mengalami kesulitan dalam mengerjakan dan menyelesaikan soal-soal ujiannya. Soal yang paling mudah pun menjadi terasa sangat sulit, bahkan tak mampu dijawabnya.
Sebaliknya, orang yang mempunyai persiapan yang matang, ujian sangat dinanti-nantikannya dengan penuh semangat. Bagi mereka ujian merupakan bagian penting dalam belajar sebagai alat pembuktian diri dan mengukur tingkat keberhasilan dirinya dalam belajar.
Bagaimana cara menghadapi ujian?
Untuk menghilangkan ketegangan-ketegangan ketika akan menghadapi ujian ada lima tahap yang harus dilalui, antara lain:
Pertama, Pembentukan Rasa Percaya Diri.
Rasa percaya diri merupakan sumber energi dan sikap optimis terhadap kemampuan diri sendiri untuk dapat menyelesaikan segala sesuatu dan kemampuan untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian diri pada situasi yang akan dihadapi. Sebab, banyak siswa mengalami kesulitan dan kegagalan menjalani ujian bukan karena tidak mampu menyelesaikan soal. Tetapi, karena tidak pede menyebabkan kemampuan yang dimilikinya tidak muncul maksimal. Siswa banyak mengalami ketegangan-ketegangan, sehingga menekan daya nalar dan yang muncul dominant berupa kepanikan, ketakutan dan rasa cemas.
Kedua, Persiapan
Persiapan jangka panjang dimulai sejak awal pelajaran dengan belajar secara terencana, sistematis, teratur dan disiplin.
Persiapan jangka pendek atau khusus.
Persiapan jangka pendek ini dilakukan 1-2 bulan menjelang ujian. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam persiapan khusus ini, antara lain:
Mengetahui acuan pembobotan soal ujian.
Dari GBPP (Garis-Garis Besar Program Pengajaran) dapat Anda lihat alokasi waktu pertemuan dari setiap pokok bahasan pelajaran yang Anda pelajari. Anda pun dapat membuat persentasi alokasi waktu pertemuan setiap pokok bahasan yang dibutuhkan untuk mempelajarinya. Jumlah persentasi pembobotan pertemuan setiap pokok bahasan sama artinya dengan jumlah persentasi soal yang akan diujikan perpokok bahasannya dalam ujian. Dengan mengetahui pembobotan pokok bahasan dan alokasi waktu yang dibutuhkan untuk mempelajarinya, tentu memudahkan untuk mengatur dan mengarahkan persiapan Anda.
Mengorganisasi waktu belajar.
Dalam rentang waktu 1-2 bulan menjelang ujian anda harus melakukan persiapan khusus belajar dengan melakukan pengulangan (review), latihan penyelesaian soal-soal atau upaya menilai kemampuan diri sendiri. Untuk menilai kemampuan diri dengan menyelesaikan soal-soal dalam waktu singkat dan tepat. Untuk itu, anda harus melatih kecepatan atau ketangkasan penguasaan materi dengan cara membiasakan diri mengerjakan soal-soal dalam limit waktu yang dipersingkat. Misalnya soal-soal dari BANK SOAL sebanyak 60 soal dan waktu yang ditetapkan 2 jam, maka Anda harus dapat menyelesaikan soal tersebut dalam waktu satu sampai 1 ½ jam. Perlu diingat dalam mengerjakan soal, kerjakan soal yang termudah terlebih dahulu dan cari cara-cara singkat menyelesaikan soal.
Menjaga kebugaran dan kesehatan.
Kebugaran dan kesehatan yang prima sangat dibutuhkan saat ujian. Jika tubuh tidak fit saat ujian, maka Anda akan mengalami kesulitan untuk memusatkan perhatian, konsentrasi dan pikiran untuk ujian karena energi dan daya nalar yang ada sebahagian habis tersita untuk menghadapi atau menahan sakit. Makanya, kebugaran dan kesehatan perlu Anda jaga dan ditingkatkan dengan memperhatikan nutrisi harus cukup, vitamin harus cukup, istirahat dan olah raga ringan dengan teratur.
Mengistirahatkan pikiran dari kesibukan belajar.
Satu hari menjelang ujian, Anda harus menjauhkan diri dari yang berhubungan dengan materi pelajaran atau hal-hal yang bersangkut paut dengan masalah ujian. Anda harus dapat melakukan relaksasi pikiran atau penyegaran pikiran dengan atau pada hal-hal yang bersifat menyenangkan atau olah raga ringan. Kemudian Anda harus istirahat yang cukup.
Ketiga, Tahap Menjelang Ujian
Pada hari H ujian dilangsungkan, beberapa ketentuan yang harus Anda lakukan, antara lain:
1. Persiapkan peralatan yang dibutuhkan untuk ujian dengan baik.
2. Datanglah ke ruang ujian 10 menit menjelang ujian. Jangan terlalu cepat datang karena akan menimbulkan ketegangan emosional dan kejenuhan dalam penantian ujian, sehingga dapat mempengaruhi dalam memusatkan perhatian dan konsentrasi. Kemampuan Anda pun menjadi tertekan, sehingga tidak optimal dalam mengerjakan soal-soal yang diujikan.
3. Sebelum berangkat dari rumah menuju lokasi ujian, Anda harus sarapan/makan terlebih dahulu. Jika perut dalam kondisi lapar dapat mempengaruhi kemampuan Anda untuk memusatkan perhatian, konsentrasi dan pikiran.
4. Anda harus menghindari kebiasaan buruk membahas dengan teman-temannya perkiraan soal yang akan diujikan menjelang ujian dilaksanakan. Kerugian membahas perkiraan soal saat detik-detik menjelang ujian, akan menimbulkan ketegangan emosional, kepanikan dan tidak percaya diri. Kondisi pikiran dan fisik pun menjadi tidak fresh lagi untuk ujian, sehingga mengurangi energi untuk melakukan pemusatan perhatian, konsentrasi dan pikiran.
5. Lebih baik, jika Anda dapat bercanda-ria bersama teman-temannya dengan relaks dan menggembirakan diri serta melupakan segala hal yang bersangkut paut dengan materi ujian.
Keempat, Tahap Berlangsung Proses Ujian
1. Tulis nomor ujian atau nama dengan jelas dan terang pada kolom yang telah disediakan pada lembar jawaban yang telah dibagikan.
2. Bacalah petunjuk-petunjuk ujian dengan teliti sebelum Anda menjawab pertanyaan.
3. Bacalah soal-soal ujian dengan teliti sebelum menjawab dan pahami benar-benar apa inti yang ditanyakan.
4. Kerjakan soal-soal yang lebih mudah terlebih dahulu dengan tenang dan berpikir.
5. Sediakan waktu 5-10 menit untuk mengoreksi lembar jawaban, apakah penulisan jawaban sudah sempurna atau belum.
6. Jika Anda dapat menyelesaikan jawaban sebelum waktunya habis, pergunakan waktu yang tersisa untuk mengoreksi jawaban-jawaban yang telah ditulis.
7. Periksa kembali nama Anda, nomor ujian dan lain-lain sebelum lembar jawaban diserahkan kepada pengawas ujian.
Catatan: Ketika Anda mengerjakan soal, maka Anda harus mengorganisir cara bernalar Anda, agar tidak mengalami kepanikan atau kebingungan dalam menjawab soal. Untuk memudahkan Anda bernalar, maka Anda harus membantu dan mengarahkan jalan pikiran Anda dengan berusaha membayangkan bentuk atau bangun materi dari soal yang hendak Anda jawab.
Sebaiknya, untuk memudahkan dan menyederhanakan cara berpikir Anda, maka pindahkan bayangan bentuk (bangun) materi soal dari benak pikiran Anda ke atas kertas dengan membuat gambar, sketsa atau grafik dari bangun (bentuk) materi soal tersebut.
Perhatikan setiap unsur atau bidang dari bangun (bentuk) materi soal itu yang sudah diketahui dan yang belum. Kemudian Anda harus mengerti dan mamahami bagian soal yang ditanyakan.
Jika materi penyelesaian soal menggunakan rumus penyelesaiannya, maka perhatikan step by step (tahap demi tahap) penyelesaiannya, apa cara biasa, atau cara penyelesaian dengan penguraian rumus terbalik. Misalnya: Penyelesaian cara biasa untuk mencari Volume sebuah kolam persegi panjang dengan panjang (p) kolam 20 meter, lebar(l) 5 meter dan dalam/tinggi (t) kolam 2 meter. yaitu:
Rumus volume (V) = panjang (p) x lebar (l) x tinggi (t)
V = 20 x 5 x 2 x 1 m
V = 200 meter kubik
Sementara, untuk mencari panjang sebuah kolam renang. Sedangkan Volume (v) kolam renang diketahui sebesar 800 meter kubik, dengan panjang (p) 25 kali dalam (t) kolam dan lebar (l) kolam 8 meter. Maka cara menjawabnya, sebagai berikut:
P = 25 t, l = 8 meter.
Rumus V = p x l x t
p = V : (l x t)
25 t2 = 800 : (8 x t)
25 t x t = 800 : 8
25 t2 = 100
t2 = 4
t = 2 m
Maka Panjang kolam renang = 25 t = 25 x 2 m = 50 m

Kelima, Pasca Ujian
Jika Anda mengalami kegagalan atau tidak lulus dalam menghadapi ujian, maka Anda tidak boleh putus asa. Kegagalan bukan akhir dari segala-galanya, melainkan hal yang biasa dalam belajar dan yang penting dibangkitkan adalah kesadaran untuk mengevaluasi sebab-sebab kegagalan tersebut. Dari kegagalan tersebut dapat dijadikan acuan untuk memperbaiki perencanaan dan sistematis belajar Anda untuk mengikuti ujian mendatang.

Sumber: “Siapa Bilang Menjadi Manusia Pembelajar Susah?”, karya Drs. Hendra Surya, terbitan ELEX MEDIA KOMPUTINDO

Minggu, 13 Februari 2011

CARA "PUTUS" DENGAN PACAR SECARA BAIK DAN BENAR

Tulisan ini merupakan masukan untuk membantu ananda menghilangkan tali cinta sepasang kekasih, baik dengan cara yang baik-baik maupun cara yang kasar. Sebaiknya ananda pikir-pikir lagi sebelum memutuskan untuk putus cinta dengan pacar, karena mungkin anda akan menyesal di kemudian hari. Pacar kita pun mungkin bisa sakit hati, sakit fisik, stres, depresi, dendam, dsb kalau kita salah cara mengakhirinya.
Emosi sesaat, pacar melakukan kesalahan kecil, pacar sudah tidak cakep lagi, pacar tidak tajir, dan lain-lain merupakan contoh masalah yang tidak perlu sampai putus. Diperlukan kepala dingin, jiwa mengalah, sabar, ketenangan batin dan kebesaran hati untuk menjaga hubungan cinta yang sudah terjalin.
Intinya, janganlah jadian dengan cowok kalau kita tidak suka sekali pada dia. Hindari pacaran ketika masih sekolah untuk menghindari sakit hati, cinta monyet, masa depan berantakan, married by accident (Menikah hamil duluan), menguras waktu tenaga pikiran materi, dan lain-lain. Carilah cinta sejati kita ketika kita telah siap/mapan walaupun harus merebut pacar orang yang hanya cinta monyet.
Penting : Pelajari dulu kejiwaan pacar yang mau diputuskan cintanya, apakah ia akan mampu menerima keputusan putus cinta tersebut atau tidak.
Tips Cara/Metode Mutusin Pacar.
1. Bilang baik-baik bahwa sudah tidak ada cinta lagi dan ingin menjadi teman saja. Tapi jangan buat doi patah hati dan stress, tapi buatlah situasi yang dia dapat menerimanya dengan senang hati.
2. Ingin serius sekolah terlebih dahulu dengan break sementara (putus sementara). Nanti kalau sudah beres bisa diputuskan kembali apakah akan lanjut pacaran atau putus.
3. Diomeli orang tua kita tidak boleh pacaran.
4. Ada aturan sekolah bahwa selama masih menjadi pelajar SMP Negeri 1 Ambal tidak boleh pacaran.
5. Berubah menjadi orang yang kasar, tempramental, mau menang sendiri dan senang melakukan tindak tidak terpuji yang tidak disukai dengan harapan agar sidoi ilfil.
6. Ngaku sudah dijodohin orang tua dan baru tahu dijidohin setelah ketahuan pacaran sama doi.
7. Minta tolong sama teman lawan jenis yang ganteng, pintar, dll untuk bohong bahwa dia adalah pacar kita sebelum dia dan belum putus. Minta kawan kita untuk bicara baik-baik agar doi mulai mencari pengganti kita.
Kalau beragam cara sudah dilakukan tetapi dia tetap setia dan cinta mati sama kita berarti dia patut diperhitungkan karena jarang ada yang seperti itu. Pikirkan lagi masak-masak karena kita bisa menyesal kemudian kalau kita meninggalkan dia. Dan yang terakhir serahkan dan tawakal kepada Allah SWT. Dengan Shalat Sunat Istikharah. Insyya Alloh segala keraguan akan di beri kepastian oleh Alloh SWT.
Perhatian : Pacaran yang penuh aktivitas maksiat tidak diperbolehkan agama. Pacaran yang bertujuan untuk lebih mengenal calon pasangan seumur hidup kita serta keluarganya boleh-boleh saja asal jangan macam-macam dan kebablasan.
Saran Bikonseling Sepenza Ambal : Pacaran lebih baik dihindari dulu apalagi sudah menjelang Ujian Nasional yang butuh konsentrasi ekstra.
Mudah-mudahan bermanfaat.